efek

Sumber : http://thekampoengblogger.blogspot.com/2013/03/30-efek-blog-paling-dicari-oleh-blogger.html#ixzz34AOpeSaE

RUCHMANSYAFRI008.BLOGSPOT.COM

GO TO BLOG ATRO MUHAMMADIYAH

ONE REPUBLIC SHUFFLE

GO TO BLOGSPOT ONE REPUBLIC SHUFFLE

RUCHMANSYAFRI008.BLOGSPOT.COM

GO TO MY BLOGSPOT

PERFORM SHUFFLE AT PENGAYOMAN

Go to YOUTUBE FOR MY PERFORM AT PENGAYOMAN

JANGAN MARAH HAHAHAH

HAHAHAHAHAH I DON'T KNOW HOW ABOUT THIS SLIDE

Friday, May 30, 2014

RUCHMANSYAFRI Tugas pertama semester 1 Radiologi Makassar (TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA MANUS)


Proyeksi Postero Anterior (PA) atau Dorsopalmar
Kaset : Kaset yang digunakan adalah kaset ukuran 18×24 cm untuk manus dangan besar rata-rata. Atau gunakan kaset ukuran 24×30 cm melintang untuk dua gambaran.
Posisi Pasien :
  • Untuk posisi pasien dalam pameriksaan radiologi. Pasien duduk menyamping pada tepi meja pemeriksaan.
  • Atur ketinggian pasien sehingga lengan pasien nyaman di atas meja pemeriksaan.
Posisi obyek :
  • Istirahatkan lengan antebrachi pada meja pemeriksaan dan tempatkan manus dengan bagian palmar di bawah menempel pada kaset.
  • Letakan MCP joints pada pertengahan kaset, dan atur kaset sejajar antebrachi dan manus.
  • Rentangkan jari-jari tangan yang di periksa.
  • Mintalah pada pasien agar tangannya relaks untuk menghindari gerakan. Cegah pergerakan yang tidak disengaja dengan menggunakan softbag atau plaster. Sebuah sandbag mungkin dapat diletakkan diatas distal antebrachi.
  • Jangan lupa gunakan apron pada pasien untuk melindungi organ sensitife.
  • Pada saat eksposure pasien diusahakan menoleh ke sisi yang tidak di foto atau menjauhi arah sinar.
FFD : 100cm
Arah sinar :
Atur sinar tegak lurus pada kaset pada Metacarpophlangeal joint Digit III.
Tampilan struktur :
Pada PA projection dari carpals, metacarpal, phalang, persendian, dan distal radius dan ulna tampak pada radiograf. Gambaran ini juga terdapat pada PA Oblique projection pada digit pertama.
Kriteria Radiograf
Kriteria radiograf yang tampak pada proyeksi ini yaitu
  • Tidak ada rotasi pada manus ditandai dengan
    • Lekuk pada metakarpal dan phalang sama pada kedua sisi
    • Soft tissue pada kedua sisi phalang sama besar
    • Jika terfisualisasi kuku di pertengahan pada masinhg masing distal phalang
  • MCP dan interphalangeal joint membuka menandakan manud diletakan rata pada kaset
  • Jari sedikit memisah ditandai tidak adanya soft tissue yang overlap
  • Terlihat anatomi distal radius dan ulna
  • Tampak soft tissue dan trabekula tulang
CATATAN : Ketika MCP joint dalam pemeriksaan dan pasien tidak dapat mengekstensikan tangan maka cukup tempatkan permukaan palmar bersentuhan dengan kaset. Posisi dari manus dapat dibalikan untuk AP Projection. Posisi ini juga digunakan untuk metakarpal ketika tangan tidak dapat diektensikan karena sakit, atau sebuah kondisi patologis.

SUMBER : 
http://bocahradiography.wordpress.com/2011/07/28/teknik-pemeriksaan-ossa-manus/

RUCHMANSYAFRI Tugas dari pak djuanda Atro Makassar (TEKNIK PEMERIKSAAN CRANIUM)


A.   PROYEKSI AP
Tujuan :
-   Os Petrosum R dan L, yang diproyeksikan 1/3 bagian bawah dari Os Cranium
-   Untuk mendapatkan Radiografi dari Os Cranium bagian belakang
-   Fossa Temporalis
-   Sinus Frontalis
-   Sinus Maxilaris
-   Cavum Orbita R dan L
Posisi Pasien        : Pasien supine/erect AP, pusatkan MSP tubuh ditengah-tengah meja pemeriksaan dan atur bahu sama tinggi dalam bidang transversal.
Posisi Objek       : Tempatkan kepala ditengah-tengah kaset dalam keadaan true AP dengan kepala sedikit flexio sehingga OML dan MSP objek tegak lurus bidang kaset/film.
FFD                        : 100 cm
CR                          : Tegak lurus bidang film
CP                        : Glabella

B.   PROYEKSI LATERAL
Tujuan : untuk mendapatkan radiografi Os Cranium dalam sisi lateral dan juga gambaran Sella Turcica.
Posisi Pasien        : Pasien Prone/erect PA, pusatkan MSP tubuh ditengah-tengah meja pemeriksaan dan atur bahu sama tinggi dalam bidang transversal.
Posisi Objek       : Tempatkan kepala ditengah-tengah kaset dalam keadaan true Lateral dengan kepala sedikit flexio sehingga OML dan MSP objek sejajar bidang kaset/film dan IPL tegak lurus bidang film.
FFD                         : 100 cm
CR                           : Tegak lurus bidang film
CP              : 2 cm kedepan dan 2 cm keatas dari MAE (sella tucica)

UNIVERSITAS RADIOLOGI SATU- SATUNYA DI INDONESIA TIMUR (ATRO)


AKADEMI TEKNIK RADIOLOGI DAN RADIOTERAPI (ATRO) MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Home  > Pendidikan >  Akademi Teknik Radiologi dan Radioterapi (ATRO) Muhammadiyah Makassar
Akademi Teknik Radiologi dan Radioterapi (ATRO) Muhammadiyah Makassar siap mendidik dan menghasilkan tenaga Radiodiagnostik dan Radioterapi profesional yang memiliki iman dan taqwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tujuan Pembelajaran
Pengembangan Tenaga Ahli Madya Radiodiagnostik dan Radioterapi yang peka dan tanggap dalam melaksanakan tugas-tugas, khususnya bidang radiologi.
Menjadi Tenaga Ahli Madya di bidang Radiodiagnostik dan Radioterapi.
Metode Pendidikan
Penggalian kemampuan mahasiswa dengan penekanan pada kompetensi keilmuan Radiografi dan Imaging melalui praktek dan perkuliahan. Cara pendidikan: Perkuliahan, praktek lapangan, diskusi khusus, belajar mandiri, dan studi perpustakaan.
Staf pengajar yang mempunyai tingkat keahlian dan penguasaan yang tinggi di bidangnya berlatar belakang pendidikan Diploma Radiologi (D3), S1, S2, S3.
alamat:
Jl. Ranggong No. 21 Makassar
Telp/Fax: (0411) 3627595
Email: atromuhammadiyah@gmail.com
Web: http://atromuhmakassar.blogspot.com/

RUCHMANSYAFRI Tugas dari pak Ilham proteksi radiasi Atro Makassar (CARA MENGATASI RADIASI)

Jakarta, Saat berobat ke dokter, pada kasus-kasus tertentu pasien diminta untuk melakukan foto sinar X seperti rontgen untuk gambaran kondisi tubuh yang lebih jelas. Paparan sinar X dalam jumlah tertentu memberikan efek ke tubuh. Tapi ada tips meminimalkan paparan sinar X saat berobat.

Sinar-X seringkali digunakan untuk pemeriksaan penunjang dalam dunia medis. Sinar-X sering digunakan untuk menghasilkan gambaran 2 dimensi dari jaringan keras tubuh (tulang dan gigi) yang diperlukan untuk pemeriksaan.

Sampai sekarang masih diperdebatkan mengenai fungsi dan kerugiannya. Namun, meskipun demikian sampai saat ini sinar-X masih sangat sering digunakan dalam dunia medis.

Mengenai keamanan penggunaan sinar-X, seperti dikutip dari Epharmapedia dan Environmental Health & Safety Center Radiation Safety Division NC State University Rabu (27/7/2011) dikenal istilah ALARA.

ALARA (As Low As Reasonably Achievable) merupakan prinsip keselamatan radiasi dengan meminimalkan dosis radiasi dan pelepasan bahan radioaktif dengan menggunakan semua metode yang wajar.

Terdapat 3 prinsip untuk memenuhi dosis sinar-X sesuai ALARA, yaitu:

1. Waktu
Meminimalkan waktu paparan langsung untuk mengurangi dosis radiasi.

2. Jarak
Membuat jarak dua kali lipat antara tubuh dengan sumber radiasi akan mengurangi paparan radiasi.

3. Penggunaan perisai pelindung
Penggunaan perisai pelindung yang mengandung bahan penyerap seperti kaca untuk partikel beta merupakan cara yang efektif untuk mengurangi paparan radiasi.

Sedangkan US Food and Drug Administration (FDA) membuat pedoman untuk meminimalkan paparan radiasi yang tidak perlu dari sinar-X:
  1. Mempertimbangkan keperluan penggunaan sinar-X
  2. Jangan menolak penggunaan sinar-X jika secara medis memang diperlukan.
  3. Menolak pengguaan sinar-X jika secara medis memang tidak terlalu diperlukan
  4. Untuk wanita hamil, hindari atau tunda penggunaan sinar-X
  5. Menggunakan perisai pelindung selama dilakukan prosedur penggunaan sinar-X
  6. Mempertimbangkan penggunaan sinar-X yang memungkinkan paparan radiasi lebih rendah
  7. Simpanlah hasil pemeriksaan sinar-X (foto rontgen) untuk mengetahui seberapa sering telah terpapar sinar-X, dan dapat juga berguna bagi dokter untuk memantau perkembangan suatu penyakit atau kelainan.

RUCHMANSYAFRI DAMPAK RADIASI ATRO RADIOLOGI


Dampak Efek Bahaya Radiasi pada Manusia dan Makhluk Hidup, Elektromagnetik, Dosis Serap, Contoh Soal, Jawaban, Fisika - Radiasi dapat menimbulkan kerusakan, yaitu perubahan yang membahayakan yang berlangsung pada benda mati dan makhluk hidup akibat pemaparan terhadap elektron berenergi, nukleon, fragmen fisi, atau radiasi elektromagnetik energi tinggi. Pada benda mati, kerusakan dapat disebabkan oleh eksitasi, ionisasi, perubahan elektronik, atau perpindahan atom. Pada makhluk hidup, mekanisme-mekanisme tersebut dapat mengakibatkan perubahan-perubahan pada sel yang mengganggu struktur genetiknya, keikutsertaan pada pembelahan sel, atau bahkan membunuh sel tersebut.

Pada manusia, perubahan-perubahan ini dapat menyebabkan penyakit radiasi, luka bakar akibat radiasi (akibat dosis tinggi radiasi), atau berbagai macam kerusakan jangka panjang. Akibat paling berbahaya adalah dapat menyebabkan berbagai jenis kanker. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat terjadi karena radiasi dapat melewati atau menembus suatu benda. Jenis dan tingkat kerusakan tergantung pada beberapa faktor, antara lain jenis dari energi radiasi serta sifat dari medium. Sebagai contoh, logam yang dipergunakan di dalam reaktor. Strukturnya dapat menjadi lemah karena mendapat fluks neutron berenergi tinggi.

Dosis Serap

Suatu ukuran untuk menyatakan sejauh mana materi telah dikenai radiasi ionisasi disebut dosis. Dosis Serap menyatakan energi per satuan massa yang diserap oleh materi akibat radiasi tersebut. Besarnya dosis serap dapat dirumuskan:

D = E/m

Dengan D adalah dosis serap, E menyatakan besarnya energi yang diberikan oleh radiasi pengion, dan m adalah massa yang menyerap energi tersebut.

Dalam satuan SI, dosis serap dinyatakan dalam Gray (Gy), yaitu dosis terserap bila energi per satuan massa yang diberikan pada materi oleh radiasi ionisasi memiliki nilai 1 joule per kilogram. Satuan terdahulu adalah rad (rd), yang nilainya setara dengan 10-2 Gy.

Dosis maksimum yang diizinkan (maximum permissible dose) adalah batas atas dosis terserap yang boleh diterima manusia atau anggota tubuh dalam selang waktu tertentu, yang dianjurkan oleh Dewan Internasional untuk Perlindungan Radiologi (International Comission on Radiological Protection).

Contoh Soal :

Seberkas partikel α melewati daging dan mengendapkan 0.2 J energi di dalam setiap kilogram daging. Tentukan dosisnya dalam Gy!

Penyelesaian:

Diketahui: 

E = 0,2 J
m = 1 kg

Ditanya: D = ...?

Jawab: D = E/m = 0,2/1 = 0,2 Gy

Anda sekarang sudah mengetahui Bahaya Radiasi. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.


SUMBER : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/04/dampak-efek-bahaya-radiasi-pada-manusia-dan-makhluk-hidup-elektromagnetik-dosis-serap-contoh-soal-jawaban-fisika.html

Friday, May 23, 2014

RUCHMANSYAFRI PEMERIKSAAN RADIOGRAF TOWNES

PEMBAHASAN DAN HASIL

3.1.      Towne Methode (AP Axial)
             Deskripsi :
            Meskipun metode towne menunjukkan keadaan umum, pada tahun 1912 Grashey mempresentasikan deskripsi pertamanya poyeksi AP Axial tulang kranium. Tahun 1926 Altschul merekomendasikan dengan tekanan dagu dan CR langsung melewati foramen magnum dngan sudut 400 ke caudad. Towne merkomendasikan bahwa dengan tekanan dagu, CR langsung MSP dari titik 3 inci (7,5 cm) di atas alis ke foramen magnum. Towne tidak spesifik memberikan sudut CR, tapi tentu saja ini akan tergantung pada kelenturan leher. 
Gb. 3. Towne Method

3.2.      Teknik Pemeriksaan Methode Towne
3.2.1.     Indikasi Pemeriksaan
   Berhubung menurut sumber yang di dapat tidak ada yang menyebutkan alasan klinis khusus mengenai penggunaan methode towne, maka dapat dikatakan penggunaan methode towne pada pemeriksaan skull bertujuan untuk mendapatkan detail gambaran anatomi daripada tulang oksipital dan foramen magnum. Di samping juga dorsum sellae, petrous bones, dan juga os. mastoids
            3.2.2.     Persiapan Pasien dan Persiapan Alat
            a. Persiapan Pasien
            Beberapa persiapan yang perlu dilakukan terhadap pasien antara lain : 
  • Melepaskan benda-benda logam yang dikenakan pasien di daerah yang akan diperiksa seperti : perhiasan-perhiasan logam agar tidak merusak gambar radiografi. 
  • Mempersilahkan pasien untuk mengganti pakaian yang dikenakan dengan baju khusus yang telah dipersiapkan sebelumnya.                       
   b. Persiapan Alat
Persiapan pada alat atau bahan yang akan digunakan pada saat pemeriksaan radiografi antara lain : 
  • Pesawat sinar-X (faktor eksposisi : kV, mA, S dan kondisi pesawat) 
  • Kaset dan film yang sesuai dengan daerah yang akan diperiksa (untuk method towne digunakan ukuran 10 x 12 inchi (24 x 30 cm) 
  • Marker (pemberi tanda R :right, L :left) 
  • Alat fiksasi (mencegah pergerakan objek seperti : sand bag, spoon, dsb)
            3.2.3.      Posisi Pasien 
    • Pasien dalam keadaan supine/duduk tegak, pusatkan MSP tubuh ke garis tengah grid. 
    • Tempatkan lengan dalam posisi yang nyaman dan atur bahu untuk dibaringkan dalam bidang horizontal yang sama. 
    • Pasien hyprshenic dalam posisi duduk tegak jika memungkinkan. 
    • Bila ini tidak memungkinkan, untuk menghasilkan proyeksi yang diinginkan pada bagian oksipital asal oleh penyudutan CR Caudad dengan mengangkat kepala dan mengaturnya dalam posisi horizontal. Stewart, merekomendasikan sudut 400. Proyeksi oksipitofrontal ditemukan oleh Hass dapat digunakan dalam proyeksi AP Axial pada pasien hypersthenic. 
    • Metode Hass  adalah kebalikan dari proyeksi AP Axial (Towne), tapi memberikan hasil sebanding.
            3.2.4.      Posisi Objek
    •  Atur pasien sehingga MSP tegak lurus dengan garis tengah kaset. 
    • Fleksikan leher secukupnya, garis orbito meatal tegak lurus ke bidang film. 
    • Bila pasien tidak dapat memfleksikan lehernya, aturlah aturlah sehingga garis infra orbito meatal tegaklurus dan kemudian menmbah sudut CR 70 . 
    • Untuk memperlihatkan bagian oksipito basal atur posisi film sehingga batas atas terletak pada puncak cranial. Pusatkan kaset pada foramen magum. 
    • Untuk membatasi gambaran dari dorsum sellae dan ptrous pyramid, atur kaset sehingga titik tengah akan bertepatan dengan CR 
    • Periksa kembali posisi dan imobilisasi kepala. 
    • Tahan napas saat ekspose. 
Gb. 4. Posisi Pasien method towne (supine)

3.2.5.   FFD (SID) : 40 inchi (96 cm)
            3.2.6.      Arah Sinar (CR) dan Titik Bidik (CP)
·         CR (central ray) = Untuk pemeriksaan umum, arahkan CR ke foramen magnum dengan penyudutan caudad (1) 300 ke garis orbito meatal atau (2) 370 ke garis infraorbitomeatal.
·         CP (central point) = diarahkan menuju MSP (mid sagittal plane) dengan titik kira-kira   2-2,5 inchi (6 cm) diatas glabella, dan diarahkan ke pertengahan film.

            3.2.7.      Struktur Gambar dan Kriteria Gambar
-  Struktur Gambar yang Tampak
Proyeksi AP Axial menunjukkan gambaran simetris dari petrous pyramid, bagian posterior, foramen magnum, tulang oksipital dan bagian posteiror tulang parietal, proyeksi dorsum sellae dan procesus clinoid dalam foramen magnum. Proyeksi ini juga digunakan untuk mempelajari tomographic telinga, canal wajah, foraminal jugular dan foramina rotundum.
- Kriteria Gambar
*  Hal-hal berikut seharusnya diperlihatkan dengan jelas :
·           Jarak dari batas lateral tengkorak ke tepi lateral foramen magnum sama kedua sisinya.
·           Petrous pyramid sama kedua sisinya.
·           Dorsum sellae dan procesus clinoid posterior tampak dalam foramen magnum
      Tulang oksipital dan foramen magnum harus tampak jelas




Powered by Blogger.

Popular Posts