PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan
pengembangan diagnostic, mulai juga perkembangan di bidang terapi, penyinaran
suatu nevus tebal (seperti kulit hewan). Naevus pellitus oleh Freund di Wina,
merupakan tindakan pengobatan tumor kulit yang pertama dengan penyinaran, yang
berhasil 1899. Pada tahun 1901 W. C. Rontgen memperoleh hadiah nobel yang
pertama kalinya di bidang fisika, untuk penemuan sinar-x. saat ini sinar
Rontgen tak dapat dipisahkan dari dunia kedokteran, baik dibidang diagnostik
maupun terapi.
Satu tahun
setelah sinar X ditemukan, pada bulan Maret tahun 1896 uranium ditemukan oleh
Bacquerel, namun tidak langsung diketahui kegunaannya. Bacqurrel and Mme Curie
secara bersamaan memperhatikan bahwa radiasi yang dipancarkan oleh radium
memberikan efek pada kulit. Selanjutnya Pierre Curie juga meneliti efek biologi
radium yang hasilnya dapat menerangkan lebih detail mengenai beberapa fase
epidermitis basah serta proses penyembuhannya. Mimpi Mme Curie terpenuhi dengan
berdirinya Institut du Radium di Paris. Dari institusi ini lahir beberapa
perintis radiobiologi seperti Antoine M. Lacassagne, Octave Monod, Jean L. Roux
Berger, Henri Coutrad, dan lain-lain, yang hasil karyanya berkontribusi besar
dalam mendasari radioterapi modern.
Tidak seperti
sejarah sinar X, penggunaan sinar radioaktif dalam medis relatif lebih lamban.
Sekitar 3 dasawarsa setelah ditemukan, radium yang memancarkan radiasi gamma
baru digunakan untuk terapi kanker. Institusi pusat radium untuk terapi kanker
pertama kali didirikan di Inggris. Karena perintisan metode terapi radium
dilakukan di Perancis, maka terapi demikian tetap disebut terapi Curie. Sampai
dengan tahun 1950an, yaitu sampai sinar X megavolt dapat diproduksi, radiasi
gamma radium juga mengikuti jejak sinar X menjadi primadona yang sangat berperan
dalam terapi kanker. Dalam bidang radioterapi untuk pengobatan kanker.
Sekitar tahun 1951 usaha peningkatan kualitas radiasi dari sinar X kilovolt
menjadi radiasi gamma Co 60 dimulai.
Penggunaan radiasi pengion untuk terapi suatu tumor atau
kanker merupakan suatu metode terapi
yang efektif dan efisien. Hampir sebagian besar terapi penyakit maligna ini dilakukan
dengan radioterapi, meskipun ada juga yang dilakukan dengan gabungan dari radioterapi, kemoterapi dan bedah.
Radioterapi adalah suatu perlakuan atau treatment terhadap penyakit tumor ganas atau kanker dengan menggunakan radiasi pengion seperti sinar-x, sinar gamma, radiasi beta, radiasi alpha, neutron ataupun proton (Suhartono, 1990). Pengobatan kanker dengan radioterapi diperlukan upaya untuk memperoleh hasil secara maksimal dengan komplikasi sekecil mungkin. Faktor-faktor yang perlu diketahui secara tepat ialah distribusi dosis, lajudosis, fraksi penyinaran, lama pengobatan, macam jaringan atau organ, volume tumor dankualitas radiasi.
Radioterapi adalah suatu perlakuan atau treatment terhadap penyakit tumor ganas atau kanker dengan menggunakan radiasi pengion seperti sinar-x, sinar gamma, radiasi beta, radiasi alpha, neutron ataupun proton (Suhartono, 1990). Pengobatan kanker dengan radioterapi diperlukan upaya untuk memperoleh hasil secara maksimal dengan komplikasi sekecil mungkin. Faktor-faktor yang perlu diketahui secara tepat ialah distribusi dosis, lajudosis, fraksi penyinaran, lama pengobatan, macam jaringan atau organ, volume tumor dankualitas radiasi.
Pesawat
Teleterapi Cobalt-60 merupakan salah satu peralatan yang digunakan
untukpengobatan kanker. Prinsip terapi Cobalt-60 adalah memberikan radiasi
elektromagnetikyang dipancarkan cobalt-60. Radiasi ini dapat menimbulkan
kerusakan sebesar mungkinpada jaringan tumor dan sekecil mungkin pada jaringan
normal. Cara yang digunakanlangsung pada tumor dari berbagai arah dengan energi
tertentu sehingga diperoleh dosis maksimum.
B. Sejarah Dan Dasar Teori
Logam Cobalt
baru mulai digunakan pada abad 20, namun bijih Cobalt sesungguhnya telah
digunakan ribuan tahun sebelumnya sebagai pewarna biru pada gelas maupun
berbagai perkakas dapur. Sumber warna biru pada Cobalt dikenali pertama kali
oleh G. Brandt (ahli kimia Swedia) pada tahun 1735 yang mengisolasi logam tak
murni yang diberi nama Cobalt rex. Pada tahun 1780, T.O. Bergman
menunjukan bahwa Cobalt rex adalah unsur baru yang kemudian diberi nama
turunan dari kata kohold (bahasa Jerman) yang artinya globin atau
roh hantu
Cobalt
ditemukan oleh Brandt pada tahun 1735. Pada 1735, seorang ilmuwan Swedia,
George Brandt, menunjukkan bahwa warna biru pada kaca berwarna disebabkan
adanya unsur baru bernama Cobalt. Sedangkan radioaktif Cobalt-60 ditemukan oleh
Glenn T Seaborg dan Fohn livingood dari University of California Berkeley pada
akhir 1930-an.
Cobalt adalah
suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom
27 dengan berat atom sebesar 58.933200. Cobalt merupakan logam metalik
yang berwarna sedikit berkilauan dan keabu-abuan. Cobalt yang memiliki lambang Co
memiliki warna sedikit berkilauan, metalik, keabu-abuan. Penggolongan Metalik
Ketersediaan, unsur kimia kobalt tersedia di dalam banyak formulasi yang
mencakup kertas perak, potongan, bedak, tangkai, dan kawat. Secara umum dapat
dapat deskripsikan sebagai berikut :
·
Simbol: Co
·
Radius Atom: 1.25 Å
·
Volume Atom: 6.7 cm3/mol
·
Massa Atom: 58.9332
·
Titik Didih: 3143 K
·
Radius Kovalensi: 1.16 Å
·
Struktur Kristal: Heksagonal
·
Massa Jenis: 8.9 g/cm3
Cobalt bersifat
rapuh, logam keras, menyerupai penampakan besi dan nikel. Cobalt memiliki
permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi. Cobalt cenderung
terdapat sebagai campuran dua allotrop pada kisaran suhu yang sangat lebar.
Transformasi antara dua bentuk ini bersifat lembam dan ditemukan dengan variasi
tinggi sebagaimana dilaporkan pada sifat fisik cobalt.
Unsur kimia
cobalt juga merupakan suatu unsure dengan sifat rapuh agak kerasdan mengandung
metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur kimia cobalt adalah
batu bintang. Deposit bijih. Cobalt-60 ( 60Co) adalah suatu isotop yang
diproduksi menggunakan suatu sumber sinar ( radiasi energi tinggi). Unsur
kimia/cobalt mewarnai gelas/kaca serta memiliki suatu keindahan warna kebiruan.
Sifat Fisika
logam Cobalt :
1.
Logam berwarna abu–abu
2.
Sedikit magnetis
3.
Melebur pada suhu 14900C
dan mendidih pada suhu 35200C
4.
Memiliki 7 tingkat oksidasi yaitu
-1, 0, +1, +2, +3, +4 dan +5
5.
Cobalt memiliki permeabilitas
logam sekitar dua pertiga daripada besi.
Sifat Kimia logam Cobalt :
1.
Bereaksi lambat dengan asam encer
menghasilkan ion dengan biloks +2
2.
Pelarutan dalam asam nitrat
disertai dengan pembentukan nitrogen oksida, reaksi yang terjadi adalah :
Co + 2H+ → Co2+ + H2
3Co + 2HNO3 + 6H+ → 3Co2+ + 2NO+ 4H2O
3.
Kurang reaktif
4.
Dapat membentuk senyawa kompleks
5.
Senyawanya umumnya berwarna
6.
Dalam larutan air, terdapat
sebagai ion Co2+ yang berwarna merah
7.
Senyawa–senyawa Co (II) yang tak
terhidrat atau tak terdisosiasi berwara biru.
8.
Ion Co3+ tidak stabil,
tetapi kompleks–kompleksnya stabil baik dalam bentuk larutan maupun padatan.
9.
Kompleks-kompleks Co (II) dapat
dioksidasi menjadi kompleks–kompleks Co (III)
10. Bereaksi dengan hidogen sulfida membentuk endapan hitam
11. Tahan korosi
Cobalt-60
( 60Co) adalah suatu isotop yang diproduksi menggunakan suatu sumber sinar
(radiasi energi tinggi). Cobalt-60
adalah isotop buatan, sebagai sumber sinar gamma yang penting dan digunakan
secaara luas sebagai zat pencari jejak dan zat radioterapi.
Cobalt-60 merupakan artifical isotop, dimana sebagai
suatu sumber sinar penting, dan secara ekstensif digunakan sebagai agen
radiotherapeutic. Cobalt-60 dapat memancarkan sinar gamma yang mampu membunuh
virus, bakteri, dan mikroorganisme patogen lainnya tanpa merusak produk.
Cobalt-60 digunakan untuk mengiradiasi sel kanker. Dengan dosis radiasi
tertentu yang terkendali, maka sel kanker akan terbunuh, sedangkan sel normal
tidak akan terpengaruh dan akan bertahan terhadap radiasi.
C. Instrument
Alat
RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto memiliki
instalasi Radioterapi berupa pesawat teleterapi eksternal Co-60 NPIC dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Nama Pesawat
b. Merek Pesawat
c. Tipe Pesawat
d. Pabrikan
|
Teleterapi Co-60
NPIC
GWXJ80
China
|
Teleterapi Co-60
Best theratronik
Gamma beam 100-80
Canada
|
Head
|
Gantry
|
Couch Table
|
Colimator
|
Skala Circular
|
Beam Stoper
|
Skala circular table
|
Remote Control
|
Visual Indikator
|
GWXJ 80 NPIC
|
Gamma Beam 100-80
|
Gambar
1. Pesawat teleterapi cobalt 60
Spesifikasi Alat
1.
Gantry :
a. Design :
Motorize Isocentric Gantry
b. Arah rotasi gantry : Gantry
dapat diputar/dirotasi searah dan
berlawanan jarum jam secara otomatis dengan hand
control dan gantry head juga secara manual.
c. Indikator Mekanik : Skala circular terletak di pusat gantry
2.
Head
a. Material penyusun :
Sheilding tersusun atas timah dan tungsten
b. Rotasi swivel : Dapat di putar ±1800 searah maupun
berlawanan jarum jam
c.
Sistem Kerja drawer sumber Co-60 : Pneumatic
Driver Linear Source
Drawer.
Gambar 2.
head housing source
Gambar 3.
Mekanisme pergerakan sumber
3.
Couch Table
a.
Rentang
rotasi table top : ± 180 cm
b.
Rentang
rotasi isocentric : ± 1100
c.
Pergerakan
vertikal : Pergerakan meja
secara vertikal
4.
Sistem Kontrol
a.
Hand
Control : Berfungsi untuk mengedalikan :
-
Perputaran/rotasi
gantry
-
Indicator
motion “enabled”
-
Pergerakan
vertical meja pasien
5.
Kolimator
a.
Indikator
Kolimator : Mekanik dengan kemampuan bentuk lapangan
asymmetris.
b.
Rotasi
Kolimator : ±
180 derajat dengan rotasi
c.
Increament
ODI : 60 cm s/d 100 cm
d.
Shadow tray
: Mekanisme
penguncian dan interlock terhadap
console untuk memastikan penggunaan tray yang
tepat.
Gambar 4. Jenis Kolimator pada head
housing cobalt
D.
Pencitraan
/ Pengambilan Gambar pada Pesawat Simulator
Simulator
Peralatan Simulator yang digunakan di RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sebagai
berikut :
1)
Merek : NPIC
2)
Jenis : HMD – 1A
Spesifikasi: Terdapat komponen dasar seperti main
unit (Gantry, main frame, x – ray
generator system), radiation head
(Colimator, delineator, field localizing sistem, dan optical yistem),
treatment table, sistem elektronik.
Gambar 6. Meja konsul
Gambar 7 Posisi Pasien
Supine Lapangan AP
Gambar 8. Target Volume Tumor Bed
Gambar 9. Hasil Radiografi Lapangan AP
E. Treatment
Penyinaran
1.
Persiapan
Pasien
Persiapan pasien selama
penyinaran radioterapi eksterna untuk KSU di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto tidak membutuhkan persiapan secara khusus, hanya memperhatikan pada
Kondisi Umum ( KU ) pasien dengan melihat hasil laboratorium Hemoglobin (Hb)
dalam kondisi normal ( di atas 10 ) atau tidak normal ( di bawah 10 ).
2.
Prosedur
Penyinaran
radiasi eksterna menggunakan pesawat kobal menggunakan 2 lapangan dengan dosis 50
Gy ( 25 kali penyinaran ). Pemeriksaan sebelum dilakukan penyinaran berpedoman
pada buku status penyinaran pasien yang berisi teknik penyinaran dan rekam
medis radioterapi pasien
a.
Posisi
Pasien
Posisi pasien pada
tahap pertama dan tahap kedua supine atau tidur terlentang dengan posisi kepala
menjauhi sumber.
b.
Posisi
Objek
Posisi objek tegak
lurus dengan sumber atau simetris dengan central point pada kolimator dan laser
bertemu pada satu titik dengan pertengahan pada kolimator.
c.
Pengaturan
Gantry, kolimator
Posisi
gantry pada titik 00 untuk lapangan AP dan pada titik 1800
untuk lapangan PA. Atur luas lapangan kolimator dengan remote control pada pesawat sesuai data pada status penyinaran
pasien. Penggunaan blok Pb dipasang pada tray dan penempatan disesuaikan dengan
daerah blok pada objek dengan menghidupkan lampu kolimator terlebih dahulu.
d.
Pengaturan
waktu
Pengaturan
waktu penyinaran dilakukan pada meja konsul kobal. Data pasien pada buku status
penyinaran dimasukan pada data entri komputer. Pemberian waktu penyinaran untuk
satu kali posisi penyinaran. Lamanya waktu penyinaran sesuai dengan buku status
penyinaran pasien yang sebelumnya telah dihitung di Treatment Planning System (TPS)
terlebih dahulu. Pastikan system
interlock dalam keadaan safety, apabila
tidak akan ada peringatan pada sistem komputer. Source akan keluar
sesuai dengan lamanya waktu yang diberikan.
F.
Proteksi Radiasi
1.
Ruangan
Ketentuan
keselamatan radiasi yang mengacu pada SK. BAPETEN No 7 th 2009 tentang
Keselamatan radiasi dalam penggunaan peralatan radiografi industri disebutkan bahwa :
·
Perisai dinding ruangan yang
berhubungan dengan anggota masyarakat, nilai batas dosis tidak boleh melampaui
5 mSv per tahun
·
Perisai dinding ruangan yang
berhubungan dengan pekerja radiasi, nilai batas dosis tidak boleh melampaui 15
mSv per tahun
Pelindung
untuk proteksi radiasi terhadap radioterapi dibedakan menjadi dua katagori
yaitu pelindung sumber radiasi dan pelindung struktural. Pelindung struktural
yaitu dinding penahan paparan radiasi, dibedakan menjadi dinding penahan primer
dan dinding penahan sekunder. Dinding primer adalah bagian dinding yang
langsung terkena penyinaran radiasi, sedangkan dinding sekunder yaitu bagian
dinding yang terkena radiasi dari radiasi bocor dan radiasi hambur
Gambar 12. Denah Instalasi Radioterapi
2.
Penanganan
K3 dan Lingkungan
Peralatan keamanan sumber radioaktif yang dipasang di instalasi radioterapi
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto terdiri dari:
a. Sistem
alarm
1) Balance
Magnetic Switch (BMS)
- Alat
ini terdiri dari dua bagian yang diletakkan di antara pertemuan daun pintu dan
bingkainya . Alat ini dihubungkan ke panel sistem alarm.
-
Cara kerja alat ini
apabila salah satu bagian dari alat ini terpisah maka akan mengaktifkan alarm.
2) Alarm
Sensor Gerak Dual Technology
- Alat
ini diletakkan di dinding bagian atas yang dihubungkan ke panel sistem alarm,
alat ini berfungsi apabila panel diaktifkan. Pada posisi ketinggian 2 meter
dari lantai, kemampuan alat ini dapat mencakup jarak sejauh 12 meter dari
tempat alat tersebut, dengan membentuk sudut 90 derajat.
- Cara
kerja alat ini adalah menangkap suhu dan gerakan yang akan mengaktifkan alarm.
- Penempatan alat:
§
2
buah dipasang di dalam ruang Co-60, yaitu 1 buah dipasang pada tembok menghadap
ke pintu masuk ruang Co-60 dan 1 buah dipasang pada tembok menghadap ke ”source
head”.
§1 buah dipasang di dalam ruang konrol menghadap ke
operator dan akses melalui jendela ruang kontrol.
§
2 buah dipasang di ruang
tunggu menghadap ke pintu masuk ruang Co-60.
Sensor gerak
|
Gambar 14. Alarm Sensor Gerak
3)
Panel
Control 8 Zones dengan 2 unit LCD Keypad dan 1 unit Baterai cadangan.
-
Alat
ini merupakan “otak” dari sistem alarm. Alat ini dilengkapi dengan keypad dan
baterai yang berada di dalam control panel yang berfungsi sebagai backup
apabila terjadi pemadaman listrik atau pemutusan daya listrik, baterai tersebut
dapat berfungsi selama 8 jam.
-
Cara
kerja alat ini adalah dengan memasukkan password pada keypad untuk mengaktifkan
dan menonaktifkan alarm. Semua
sensor dihubungkan ke panel ini.
-
Keypad
juga mengeluarkan bunyi saat terjadi pemicu alarm.
-
Penempatan
alat:
§
keypad: 1 unit berada di
samping pintu masuk ruang Co-60 dan 1 unit di ruang pos keamanan utama.
§
Panel control kit dan baterai dipasang pada dinding di dalam ruang Co-60.
4) Power Supply 220 VAC/12VCD 3A dengan baterai cadangan
- Alat
ini terkoneksi ke jaringan listrik dan dilengkapi dengan baterai cadangan yang
dapat bertahan 8 jam.
- Penempatan
alat: di dalam ruang Co-60 di sebelah panel.
Gambar 15. Panel Control Kit dan Power
Supply dengan battery
5) Fixed
Duress/Panic Button
- Panic
button merupakan tombol emergensi untuk mengaktifkan sounder dan mengirim
sinyal bantuan ke off site monitoring dan GSM Module.
- Cara
kerja alat ini adalah apabila terjadi ancaman maka petugas di RSMS dapat
menarik tuas tombol untuk mengaktifkan alarm,
tombol panic button dapat dikembalikan/release dengan mendorong tuas ke posisi semula.
- Penempatan
alat:
§ 1 unit di ruang kontrol
§ 1 unit di ruang Co-60
§
1
unit di pos keamanan utama
Gambar 16. Fixed Duress
6) Wireless
Duress Button
-
Alat
ini memiliki terminal penangkap sinyal (receiver)
yang dihubungkan ke panel sistem alarm.
-
Cara
kerja alat ini adalah dengan menekan tombol untuk mengaktifkan alarm apabila
terjadi ancaman.
-
Digunakan
oleh personil yang ditunjuk dan dicatat dalam logbook nama personil dan nomor
alat.
-
Jarak
maksimum antara alat ini dan terminal penangkap sinyal adalah sebesar 100
meter, jarak tersebut dapat berkurang jika terdapat rintangan, seperti tembok
dan lain-lain.
7)
Sirine
dengan lampu dan baterai cadangan (jumlah 1 unit)
-
Alat
ini dihubungkan ke panel sistem alarm.
-
Cara
kerja alat ini apabila alarm aktif maka sirine ini akan mengeluarkan suara dan
lampunya akan menyala berkedip sebagai tanda bahaya dan dalam kondisi
standby lampu indikator menyala.
-
Penempatan
alat : Alat ini diletakkan di luar instalasi
radioterapi tepatnya di atas pintu masuk (B) menuju instalasi radioterapi.
8)
Pintu
dan Kunci Pintu
-
Pintu
besi dengan lapisan Pb
Merupakan
pintu geser dengan bingkai besi dan menggunakan daun pintu dari bahan besi
setebal 1.5 mm. Pintu ini dilapisi dengan Pb setebal 2 mm dan dilengkapi dengan
kunci. Pintu ini digerakkan dengan motor listrik dengan tombol on-off pada
samping keypad dan dilengkapi dengan penutup bergembok.
-
Kunci
mekanik pada pintu ruang Co-60 (jumlah 2 unit)
Kunci
ini adalah kunci khusus dengan tiga anak kunci yang tidak dapat digandakan.
-
Penempatan
alat: Dipasang pada pintu geser dengan 2 kunci, satu di atas gagang pintu, satu
di bawah gagang pintu.
Gambar 19. Pintu dan Kunci
3.
Pengangkutan
Zat Radioaktif
Pengangkutan
sumber radioaktif Co-60 baik saat pengadaan maupun saat pengembalian
(re-ekspor) ke negara asal dilakukan oleh importir yang memiliki izin dari
BAPETEN sebagaimana tertulis pada dokumen pengadaan dan pengembalian
(re-ekspor) Co-60 ke negara asal. Oleh sebab itu prosedur operasional saat
pengangkutan harus disiapkan oleh pihak importir dengan menekankan pada aspek
keamanan sumber radioaktif sesuai dengan peraturan Kepala BAPETEN Nomor 7 Tahun
2007 tentang Keamanan Sumber Radioaktif.
0 comments:
Post a Comment