efek

Sumber : http://thekampoengblogger.blogspot.com/2013/03/30-efek-blog-paling-dicari-oleh-blogger.html#ixzz34AOpeSaE

Sunday, March 12, 2017

Ruchmansyafri Tugas Radioterapi Pesawat Cobalt 60 (2017)

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sejalan dengan pengembangan diagnostic, mulai juga perkembangan di bidang terapi, penyinaran suatu nevus tebal (seperti kulit hewan). Naevus pellitus oleh Freund di Wina, merupakan tindakan pengobatan tumor kulit yang pertama dengan penyinaran, yang berhasil 1899. Pada tahun 1901 W. C. Rontgen memperoleh hadiah nobel yang pertama kalinya di bidang fisika, untuk penemuan sinar-x. saat ini sinar Rontgen tak dapat dipisahkan dari dunia kedokteran, baik dibidang diagnostik maupun terapi.
Satu tahun setelah sinar X ditemukan, pada bulan Maret tahun 1896 uranium ditemukan oleh Bacquerel, namun tidak langsung diketahui kegunaannya. Bacqurrel and Mme Curie secara bersamaan memperhatikan bahwa radiasi yang dipancarkan oleh radium memberikan efek pada kulit. Selanjutnya Pierre Curie juga meneliti efek biologi radium yang hasilnya dapat menerangkan lebih detail mengenai beberapa fase epidermitis basah serta proses penyembuhannya. Mimpi Mme Curie terpenuhi dengan berdirinya Institut du Radium di Paris. Dari institusi ini lahir beberapa perintis radiobiologi seperti Antoine M. Lacassagne, Octave Monod, Jean L. Roux Berger, Henri Coutrad, dan lain-lain, yang hasil karyanya berkontribusi besar dalam mendasari radioterapi modern.
Tidak seperti sejarah sinar X, penggunaan sinar radioaktif dalam medis relatif lebih lamban. Sekitar 3 dasawarsa setelah ditemukan, radium yang memancarkan radiasi gamma baru digunakan untuk terapi kanker. Institusi pusat radium untuk terapi kanker pertama kali didirikan di Inggris. Karena perintisan metode terapi radium dilakukan di Perancis, maka terapi demikian tetap disebut terapi Curie. Sampai dengan tahun 1950an, yaitu sampai sinar X megavolt dapat diproduksi, radiasi gamma radium juga mengikuti jejak sinar X menjadi primadona yang sangat berperan dalam terapi kanker. Dalam bidang radioterapi untuk pengobatan kanker.  Sekitar tahun 1951 usaha peningkatan kualitas radiasi dari sinar X kilovolt menjadi radiasi gamma Co 60 dimulai.
Penggunaan radiasi pengion untuk terapi suatu tumor atau kanker merupakan suatu metode terapi yang efektif dan efisien. Hampir sebagian besar terapi penyakit maligna ini dilakukan dengan radioterapi, meskipun ada juga yang dilakukan dengan gabungan dari radioterapi, kemoterapi dan bedah.
                 Radioterapi adalah suatu perlakuan atau treatment terhadap penyakit tumor ganas atau kanker dengan menggunakan radiasi pengion seperti sinar-x, sinar gamma, radiasi beta, radiasi alpha, neutron ataupun proton (Suhartono, 1990). Pengobatan kanker dengan radioterapi diperlukan upaya untuk memperoleh hasil secara maksimal dengan komplikasi sekecil mungkin. Faktor-faktor yang perlu diketahui secara tepat ialah distribusi dosis, lajudosis, fraksi penyinaran, lama pengobatan, macam jaringan atau organ, volume tumor dankualitas radiasi.
Pesawat Teleterapi Cobalt-60 merupakan salah satu peralatan yang digunakan untukpengobatan kanker. Prinsip terapi Cobalt-60 adalah memberikan radiasi elektromagnetikyang dipancarkan cobalt-60. Radiasi ini dapat menimbulkan kerusakan sebesar mungkinpada jaringan tumor dan sekecil mungkin pada jaringan normal. Cara yang digunakanlangsung pada tumor dari berbagai arah dengan energi tertentu sehingga diperoleh dosis maksimum.
B.       Sejarah Dan Dasar Teori
Logam Cobalt baru mulai digunakan pada abad 20, namun bijih Cobalt sesungguhnya telah digunakan ribuan tahun sebelumnya sebagai pewarna biru pada gelas maupun berbagai perkakas dapur. Sumber warna biru pada Cobalt dikenali pertama kali oleh G. Brandt (ahli kimia Swedia) pada tahun 1735 yang mengisolasi logam tak murni yang  diberi nama Cobalt rex. Pada tahun 1780, T.O. Bergman menunjukan bahwa Cobalt rex adalah unsur baru yang kemudian diberi nama turunan dari kata kohold (bahasa Jerman) yang artinya globin atau roh hantu
Cobalt ditemukan oleh Brandt pada tahun 1735. Pada 1735, seorang ilmuwan Swedia, George Brandt, menunjukkan bahwa warna biru pada kaca berwarna disebabkan adanya unsur baru bernama Cobalt. Sedangkan radioaktif Cobalt-60 ditemukan oleh Glenn T Seaborg dan Fohn livingood dari University of California Berkeley pada akhir 1930-an.
Cobalt adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27 dengan berat atom sebesar  58.933200. Cobalt merupakan logam metalik yang berwarna sedikit berkilauan dan keabu-abuan. Cobalt yang memiliki lambang Co memiliki warna sedikit berkilauan, metalik, keabu-abuan. Penggolongan Metalik Ketersediaan, unsur kimia kobalt tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas perak, potongan, bedak, tangkai, dan kawat. Secara umum dapat dapat deskripsikan sebagai berikut :
·      Simbol: Co
·      Radius Atom: 1.25 Å
·      Volume Atom: 6.7 cm3/mol
·      Massa Atom: 58.9332
·      Titik Didih: 3143 K
·      Radius Kovalensi: 1.16 Å
·      Struktur Kristal: Heksagonal
·      Massa Jenis: 8.9 g/cm3
Cobalt bersifat rapuh, logam keras, menyerupai penampakan besi dan nikel. Cobalt memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi. Cobalt cenderung terdapat sebagai campuran dua allotrop pada kisaran suhu yang sangat lebar. Transformasi antara dua bentuk ini bersifat lembam dan ditemukan dengan variasi tinggi sebagaimana dilaporkan pada sifat fisik cobalt.
Unsur kimia cobalt juga merupakan suatu unsure dengan sifat rapuh agak kerasdan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur kimia cobalt adalah batu bintang. Deposit bijih. Cobalt-60 ( 60Co) adalah suatu isotop yang diproduksi menggunakan suatu sumber sinar ( radiasi energi tinggi). Unsur kimia/cobalt mewarnai gelas/kaca serta memiliki suatu keindahan warna kebiruan.
Sifat Fisika logam Cobalt :
1.    Logam berwarna abu–abu
2.    Sedikit magnetis
3.    Melebur pada suhu 14900C dan mendidih pada suhu 35200C
4.    Memiliki 7 tingkat oksidasi yaitu -1, 0, +1, +2, +3, +4 dan +5
5.    Cobalt memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi.
Sifat Kimia logam Cobalt :
1.      Bereaksi lambat dengan asam encer menghasilkan ion dengan biloks +2
2.      Pelarutan dalam asam nitrat disertai dengan pembentukan nitrogen oksida, reaksi yang terjadi adalah :
Co + 2H+ →   Co2+ + H2
3Co + 2HNO3 + 6H+ → 3Co2+ + 2NO+ 4H2O
3.      Kurang reaktif
4.      Dapat membentuk senyawa kompleks
5.      Senyawanya umumnya berwarna
6.      Dalam larutan air, terdapat sebagai ion Co2+ yang berwarna merah
7.      Senyawa–senyawa Co (II) yang tak terhidrat atau tak terdisosiasi berwara biru.
8.      Ion Co3+ tidak stabil, tetapi kompleks–kompleksnya stabil baik dalam bentuk larutan maupun padatan.
9.      Kompleks-kompleks Co (II) dapat dioksidasi menjadi kompleks–kompleks   Co (III)
10.  Bereaksi dengan hidogen sulfida membentuk endapan hitam
11.  Tahan korosi
Cobalt-60 ( 60Co) adalah suatu isotop yang diproduksi menggunakan suatu sumber sinar (radiasi energi tinggi). Cobalt-60 adalah isotop buatan, sebagai sumber sinar gamma yang penting dan digunakan secaara luas sebagai zat pencari jejak dan zat radioterapi.
Cobalt-60 merupakan artifical isotop, dimana sebagai suatu sumber sinar  penting, dan secara ekstensif digunakan sebagai agen radiotherapeutic. Cobalt-60 dapat memancarkan sinar gamma yang mampu membunuh virus, bakteri, dan mikroorganisme patogen lainnya tanpa merusak produk. Cobalt-60 digunakan untuk mengiradiasi sel kanker. Dengan dosis radiasi tertentu yang terkendali, maka sel kanker akan terbunuh, sedangkan sel normal tidak akan terpengaruh dan akan bertahan terhadap radiasi.
Waktu paro atau paruh adalah waktu yang diperlukan unsur radioaktif sehingga separo zat radoiaktif tersebut meluruh dari massa awalnya. Waktu paruh dilambang dengan t1/2. Rumusnya yaitu:





C.      Instrument Alat
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto memiliki  instalasi Radioterapi berupa pesawat teleterapi eksternal Co-60 NPIC dengan spesifikasi sebagai berikut:
a.  Nama Pesawat
b. Merek Pesawat
c.  Tipe Pesawat
d. Pabrikan
Teleterapi Co-60
NPIC
GWXJ80
China
Teleterapi Co-60
Best theratronik
Gamma beam 100-80
Canada


Head

Gantry

Couch Table

Colimator

Skala Circular

Beam Stoper

Skala circular table

Remote Control

Visual Indikator


GWXJ 80 NPIC

Gamma Beam 100-80

   



Gambar 1. Pesawat teleterapi cobalt 60

Spesifikasi Alat
1.   Gantry :
a.    Design                    : Motorize Isocentric Gantry
b.    Arah rotasi gantry : Gantry dapat diputar/dirotasi searah dan
            berlawanan jarum jam secara otomatis dengan hand    
            control dan gantry head juga secara manual.
c.    Indikator Mekanik : Skala circular terletak di pusat gantry

2.   Head
a.    Material penyusun         : Sheilding tersusun atas timah dan tungsten
b.    Rotasi swivel                                      :  Dapat di putar ±1800 searah maupun
                                   berlawanan jarum jam
c.   
Sistem Kerja drawer sumber Co-60   :  Pneumatic Driver Linear Source
                                                                Drawer.



Gambar 2. head housing source

 




Gambar 3. Mekanisme pergerakan sumber
3.   Couch Table
a.    Rentang rotasi table top       : ± 180 cm
b.    Rentang rotasi isocentric      : ± 1100
c.    Pergerakan vertikal              : Pergerakan meja secara vertikal


4.   Sistem Kontrol
a.    Hand Control : Berfungsi untuk mengedalikan :
-             Perputaran/rotasi gantry
-             Indicator motion “enabled”
-             Pergerakan vertical meja pasien
5.   Kolimator
a.    Indikator Kolimator : Mekanik dengan kemampuan bentuk lapangan
                                    asymmetris.
b.    Rotasi Kolimator      : ± 180 derajat dengan rotasi
c.    Increament ODI       :  60 cm s/d 100 cm
d.   Shadow tray             :  Mekanisme penguncian dan interlock terhadap  
                                    console untuk memastikan penggunaan tray yang
                                    tepat.
 




Gambar 4. Jenis Kolimator pada head housing cobalt







D.      Pencitraan / Pengambilan Gambar pada Pesawat Simulator
Simulator
Peralatan Simulator yang digunakan di RSUD  Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sebagai berikut :
1)   Merek  : NPIC
2)   Jenis    : HMD – 1A
 




Gambar 5.  Pesawat Simulator
Spesifikasi: Terdapat komponen dasar seperti main unit (Gantry, main frame, x – ray generator system), radiation head (Colimator, delineator,  field localizing sistem, dan optical yistem), treatment table, sistem elektronik.
 





 Gambar 6. Meja konsul



 



 Gambar 7 Posisi Pasien Supine Lapangan AP






  
Gambar 8. Target Volume Tumor Bed
 





Gambar 9. Hasil Radiografi Lapangan AP
E.       Treatment Penyinaran
1.         Persiapan Pasien
Persiapan pasien selama penyinaran radioterapi eksterna untuk KSU di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tidak membutuhkan persiapan secara khusus, hanya memperhatikan pada Kondisi Umum ( KU ) pasien dengan melihat hasil laboratorium Hemoglobin (Hb) dalam kondisi normal ( di atas 10 ) atau tidak normal ( di bawah 10 ).

2.         Prosedur
Penyinaran radiasi eksterna menggunakan pesawat kobal  menggunakan 2 lapangan dengan dosis 50 Gy ( 25 kali penyinaran ). Pemeriksaan sebelum dilakukan penyinaran berpedoman pada buku status penyinaran pasien yang berisi teknik penyinaran dan rekam medis radioterapi pasien
a.        Posisi Pasien
Posisi pasien pada tahap pertama dan tahap kedua supine atau tidur terlentang dengan posisi kepala menjauhi sumber.
b.        Posisi Objek
Posisi objek tegak lurus dengan sumber atau simetris dengan central point pada kolimator dan laser bertemu pada satu titik dengan pertengahan pada kolimator.
c.         Pengaturan Gantry, kolimator
Posisi gantry pada titik 00 untuk lapangan AP dan pada titik 1800 untuk lapangan PA. Atur luas lapangan kolimator dengan remote control pada pesawat sesuai data pada status penyinaran pasien. Penggunaan blok Pb dipasang pada tray dan penempatan disesuaikan dengan daerah blok pada objek dengan menghidupkan lampu kolimator terlebih dahulu.







d.        Pengaturan waktu
Pengaturan waktu penyinaran dilakukan pada meja konsul kobal. Data pasien pada buku status penyinaran dimasukan pada data entri komputer. Pemberian waktu penyinaran untuk satu kali posisi penyinaran. Lamanya waktu penyinaran sesuai dengan buku status penyinaran pasien yang sebelumnya telah dihitung di Treatment Planning System (TPS) terlebih dahulu. Pastikan system interlock dalam keadaan safety, apabila tidak akan ada peringatan pada sistem komputer. Source akan keluar sesuai dengan lamanya waktu yang diberikan.



F.       Proteksi Radiasi
1.      Ruangan
     Ketentuan keselamatan radiasi yang mengacu pada SK. BAPETEN No 7 th 2009 tentang Keselamatan radiasi dalam penggunaan peralatan radiografi industri disebutkan  bahwa :
·         Perisai dinding ruangan yang berhubungan dengan anggota masyarakat, nilai batas dosis tidak boleh melampaui 5 mSv per tahun
·         Perisai dinding ruangan yang berhubungan dengan pekerja radiasi, nilai batas dosis tidak boleh melampaui 15 mSv per tahun
Pelindung untuk proteksi radiasi terhadap radioterapi dibedakan menjadi dua katagori yaitu pelindung sumber radiasi dan pelindung struktural. Pelindung struktural yaitu dinding penahan paparan radiasi, dibedakan menjadi dinding penahan primer dan dinding penahan sekunder. Dinding primer adalah bagian dinding yang langsung terkena penyinaran radiasi, sedangkan dinding sekunder yaitu bagian dinding yang terkena radiasi dari radiasi bocor dan radiasi hambur













Gambar 12. Denah Instalasi Radioterapi

2.      Penanganan K3 dan Lingkungan
     Peralatan keamanan sumber radioaktif yang dipasang di instalasi radioterapi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto terdiri dari:
a.      Sistem alarm
1)      Balance Magnetic Switch (BMS)
-       Alat ini terdiri dari dua bagian yang diletakkan di antara pertemuan daun pintu dan bingkainya . Alat ini dihubungkan ke panel sistem alarm.
-       Cara kerja alat ini apabila salah satu bagian dari alat ini terpisah maka akan mengaktifkan alarm.






2)      Alarm Sensor Gerak Dual Technology
-       Alat ini diletakkan di dinding bagian atas yang dihubungkan ke panel sistem alarm, alat ini berfungsi apabila panel diaktifkan. Pada posisi ketinggian 2 meter dari lantai, kemampuan alat ini dapat mencakup jarak sejauh 12 meter dari tempat alat tersebut, dengan membentuk sudut 90 derajat.
-       Cara kerja alat ini adalah menangkap suhu dan gerakan yang akan mengaktifkan alarm.
-       Penempatan alat:
§  2 buah dipasang di dalam ruang Co-60, yaitu 1 buah dipasang pada tembok menghadap ke pintu masuk ruang Co-60 dan 1 buah dipasang pada tembok menghadap ke ”source head”.
§1 buah dipasang di dalam ruang konrol menghadap ke operator dan akses melalui jendela ruang kontrol.
§ 2 buah dipasang di ruang tunggu menghadap ke pintu masuk ruang Co-60.


Sensor gerak
 

                                         



Gambar 14. Alarm Sensor Gerak
3)      Panel Control 8 Zones dengan 2 unit LCD Keypad dan 1 unit Baterai cadangan.
-       Alat ini merupakan “otak” dari sistem alarm. Alat ini dilengkapi dengan keypad dan baterai yang berada di dalam control panel yang berfungsi sebagai backup apabila terjadi pemadaman listrik atau pemutusan daya listrik, baterai tersebut dapat berfungsi selama 8 jam.
-       Cara kerja alat ini adalah dengan memasukkan password pada keypad untuk mengaktifkan dan menonaktifkan alarm. Semua sensor dihubungkan ke panel ini.
-       Keypad juga mengeluarkan bunyi saat terjadi pemicu alarm.
-       Penempatan alat:
§  keypad: 1 unit berada di samping pintu masuk ruang Co-60 dan 1 unit di ruang pos keamanan utama.
§  Panel control kit dan baterai dipasang pada dinding di dalam ruang Co-60.
4)      Power Supply 220 VAC/12VCD3A dengan baterai cadangan
-       Alat ini terkoneksi ke jaringan listrik dan dilengkapi dengan baterai cadangan yang dapat bertahan 8 jam.
-       Penempatan alat: di dalam ruang Co-60 di sebelah panel.

  


Gambar 15. Panel Control Kit dan Power Supply dengan battery

5)      Fixed Duress/Panic Button
-       Panic button merupakan tombol emergensi untuk mengaktifkan sounder dan mengirim sinyal bantuan ke off site monitoring dan GSM Module.
-       Cara kerja alat ini adalah apabila terjadi ancaman maka petugas di RSMS dapat menarik tuas tombol untuk mengaktifkan alarm,  tombol panic button dapat dikembalikan/release dengan mendorong tuas ke posisi semula.

-       Penempatan alat:
§  1 unit di ruang kontrol
§  1 unit di ruang Co-60
§  1 unit di pos keamanan utama






Gambar 16. Fixed Duress

6)      Wireless Duress Button
-       Alat ini memiliki terminal penangkap sinyal (receiver) yang dihubungkan ke panel sistem alarm.
-       Cara kerja alat ini adalah dengan menekan tombol untuk mengaktifkan alarm apabila terjadi ancaman.
-       Digunakan oleh personil yang ditunjuk dan dicatat dalam logbook nama personil dan nomor alat.
-       Jarak maksimum antara alat ini dan terminal penangkap sinyal adalah sebesar 100 meter, jarak tersebut dapat berkurang jika terdapat rintangan, seperti tembok dan lain-lain.







7)      Sirine dengan lampu dan baterai cadangan (jumlah 1 unit)
-       Alat ini dihubungkan ke panel sistem alarm.
-       Cara kerja alat ini apabila alarm aktif maka sirine ini akan mengeluarkan suara dan lampunya akan menyala berkedip sebagai tanda bahaya dan dalam kondisi standby  lampu indikator menyala.
-       Penempatan alat : Alat ini diletakkan di luar instalasi radioterapi tepatnya di atas pintu masuk (B) menuju instalasi radioterapi.





8)      Pintu dan Kunci Pintu
-       Pintu besi dengan lapisan Pb
Merupakan pintu geser dengan bingkai besi dan menggunakan daun pintu dari bahan besi setebal 1.5 mm. Pintu ini dilapisi dengan Pb setebal 2 mm dan dilengkapi dengan kunci. Pintu ini digerakkan dengan motor listrik dengan tombol on-off pada samping keypad dan dilengkapi dengan penutup bergembok.
-       Kunci mekanik pada pintu ruang Co-60 (jumlah 2 unit)
Kunci ini adalah kunci khusus dengan tiga anak kunci yang tidak dapat digandakan.
-       Penempatan alat: Dipasang pada pintu geser dengan 2 kunci, satu di atas gagang pintu, satu di bawah gagang pintu.






Gambar 19. Pintu dan Kunci



3.      Pengangkutan Zat Radioaktif
Pengangkutan sumber radioaktif Co-60 baik saat pengadaan maupun saat pengembalian (re-ekspor) ke negara asal dilakukan oleh importir yang memiliki izin dari BAPETEN sebagaimana tertulis pada dokumen pengadaan dan pengembalian (re-ekspor) Co-60 ke negara asal. Oleh sebab itu prosedur operasional saat pengangkutan harus disiapkan oleh pihak importir dengan menekankan pada aspek keamanan sumber radioaktif sesuai dengan peraturan Kepala BAPETEN Nomor 7 Tahun 2007 tentang Keamanan Sumber Radioaktif.

















0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Popular Posts