Kanker adalah suatu
penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh tidak normal dan tidak
terkendali sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan
merusak sel atau jaringan sehat. Sel kanker dapat menghancurkan sel lainnya yang sehat,
dan menimbulkan komplikasi yang dapat menyebabkan kematian. Sel ini dapat
berkembang dan menyebar dengan sangat perlahan, bertahun-tahun, atau cepat,
sahingga kesehatan pasien menurun dan hidupnya hanya tinggal hitungan hari atau
bulan. Namun, pemeriksaan kanker awal dan rutin dapat menyelamatkan hidup Anda,
jika penyakitnya diketahui lebih awal.
Adapun cara agar kanker bisa ditangani
lebih mudah yaitu mengetahui kanker pada saat masih stadium dini, caranya ialah
dengan melakukan skrining tes. Skrining tes
adalah penggunaan tes atau metode diagnosis lain untuk mengetahui apakah
seseorang memiliki penyakit atau kondisi tertentu sebelum menyebabkan gejala
apapun. Pemeriksaan kanker
adalah tes yang dilakukan untuk memastikan dan mendiagnosa kanker, terutama
pada tahap awal. Ini juga merupakan upaya pencegahan bagi orang yang berisiko
tinggi terkena kanker.
Ada beberapa tes
pemeriksaan kanker yang paling sering dialami oleh manusia seperti kanker colorektal,
mulut, payudara, kulit, ca cerviks dan
prostat. Di sisi lain, tidak semua uji pemeriksaan kanker diharuskan, namun
pria maupun wanita dapat menggunakan panduan yang dikeluarkan oleh penyedia
layanan kesehatan atau American Cancer Society, untuk memutuskan tes apa yang
perlu dilakukan.
Adapun orang-
orang yang harus melakukan skrining tes yaitu ;
1.
Pasien yang
menunjukkan gejala-gejala – Gejalanya
beragam tergantung jenis kankernya, namun biasanya kondisi yang tetap memburuk
meskipun telah mengonsumsi obat-obatan, dapat melakukan uji pemeriksaan kanker.
2.
Pasien
dengan risiko tinggi – Adalah
seseorang yang memiliki kanker sebelumnya, atau memiliki anggota keluar dekat
atau kerabat yang didiagnosa kanker, atau telah diuji dan membawa faktor
genetik tertentu yang memiliki risiko kanker seperti yang dapat meningkatkan
risiko kanker payudara hingga 80%.
3.
Seseorang
yang berusia, paling tidak 40 tahun – Populasi umum yang disarankan melakukan uji pemeriksaan
kanker saat mencapai usia 40 tahun, sebagai upaya pencegahan. Jenis tes yang dilakukan
berdasarkan gaya hidup dan faktor risiko yang dimiliki pasien.
A. Cara
sadari atau skrining tes pada kanker payudara, ada 7 cara sadari pada kanker
payudara yaitu :
1. Sadari
pada payudara sebaiknya dilakukan pada hari ketujuh sampai hari kesepuluh
menstruasi saat jaringan payudara tidak
terlalu sensitif. Pada saat melakukan proses sadari pada payudara ada beberapa
hal yang harus diperhatikan yaitu ;
a. Mengamati
perbahan pada payudara
b. Mencermati
ukuran payudara
c. Mengamati
permukaan payudara
d. Dan
mengamati puting pada payudara
2. Berdiri
tegak di depan cermin, jangan panik jika bentuk kedua payudara tidak simetris.
Pada saat melakukan proses sadari ada beberapa bagian yang harus diraba yaitu ;
a. Batas
atas : dua jari diatas klavikula
b. Batas
bawah : garis melingkar payudara
c. Batas
tengah : midline pada tubuh
3. Letakkan
kedua tangan dibelakang kepala, elbow flexio dan elbow extensio, kemudian amati
payudara
4. Letakkan
kedua tangan dipinggang, bungkukkan badan sehingga kedua payudara menggantung,
rasakan jika ada yang mengandung di dalam payudara, setelah selesai kemudian
kembali ke posisi semula (normal).
5. Letakkan
tangan kiri diatas punggung, gunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari
manis lalu cermati payudara sampai ketiak.
Lakukan gerakan memijat
keatas dan kebawah
mengelilingi payudara dengan
membentuk lingkaran kecil
lakukan gerakan lurus dari
arah tepi payudara ke arah
puting
payudara dan sebaliknya.
Jangan
lupa mengganti posisi tangan dan ulangi, lakukan juga pada payudara kanan
6. Pencet
puting satu persatu dengan menggunakan jari telunjuk anda dan ibu jari anda.
Jika ada cairan keluar segeralah berkonsultasi ke dokter.
7. Berbaring
dan gunakan bantal di bagian pundak kemudian angkat lengan kanan keatas kepala,
cermati payudara kanan menggunakan ujjung jari telunjuk, jari tengah, dan jari
manis tangan kiri. Tekan dan rasakan seluruh bagian payudara sampai di
sekitaran ketiak. Cermati payudara menggunakan 3 pola gerarkan sebelumnya. Ulangi langkah ini pada area payudara kiri.
Ada
beberapa yang harus dicermati setelah melakukan proses sadari yaitu ;
1. Benjolan
pada payudara
2. Kulit
kemerahan
3. Menebal
4. Berkerut
5. Berlesung
pipit
6. Puting
tertarik ke dalam
7. Cairan
keluar dari puting
B. Skrining
tes pada SERVIKS
Skrining
sendiri dapat dilakukan dengan metode pemeriksaan Papsmear atau juga IVA
(Visual Inspection with Acetic Acid) test. Berikut ini penjelasannya :
1.
Papsmear
Papsmear adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan pada sel permukaan pada
leher rahim untuk mendeteksi adanya kanker leher rahim. Tes ini dilakukan pada
wanita yang telah melakukan hubungan seks dan dengan memenuhi syarat :
a.
Telah selesai haid paling tidak 3 hari
b.
Tidak berada dalam kegiatan seksual paling tidak 3
hari
c.
Tidak menggunakan obat obatan yang berhubungan dengan
intravagina.
Tes ini digunakan untuk mendeteksi apakah terdapat perubahan perubahan pada
sel leher rahim yang dalam kondisi abnormal. Tahap pemeriksaannya dilakukan
dengan cara mengambil cairan yang ada di leher rahim dengan menggunakan spatula
yang kemudian sample tes ini diperiksa dengan menggunakan mikroskop.
2.
IVA Test
IVA test memiliki
pengertian inspeksi visual dengan asam asetat adalah suatu metode cara lain
yang dapat digunakan untuk mengetahui dan mendeteksi mengenai adanya tanda
tanda terdapat kanker serviks. Caranya adalah dengan menyemprotkan cairan asam
asetat dalam konsentrasi 3% sampai 5% di daerah mulut rahim. Kemudian dari
semprotan ini, dilihat apakah terdapat suatu perubahan warna menjadi warna
putih ke daerah yang disemprotkan tadi.
Bagi wanita yang secara
aktif telah sering melakukan hubungan seksual akan sangat disarankan untuk
melakukan metode skrining dengan menggunakan cara papsmear maupun dengan IVA
test.
C. NASOFARING
Gejala
1. Radang
dan Sakit Tenggorokan
2. Kesulitan
dalam bernapas atau berbicara
3. Mimisan
4. Gangguan
Pendengaran
5. Rasa
sakit dan mendengung di dalam telinga
6. Sakit
Kepala dan Pusing
7. Terdapat
benjolan pada bagian leher, biasanya di belakang telinga
8. Dahak
yang bercampur dengan darah
Jika kita merasakan gejala- gejala
tersebut belum tentu kita mengalami kanker nasofaring, ada beberapa test dan
observasi secara medis yang dapat benar – benar memastikan keberadaan kanker
nasofaring atau NasoPharyngeal Cancer yaitu ;
1.
Pemeriksaan
secara fisik
Pemeriksaan
ini mencakup medical check up biasa yang dapat dilakukan dengan mudah di rumah
sakit. Hal ini untuk memastikan keadaan tubuh anda, apakah mengalami suatu
gangguan atau symptom yang berbahaya atau tidak.
Selain itu dalam pemeriksaan ini juga
akan dilihat kondisi gaya hidup dan garis keturunan dari pasien. Apakah
memiliki gaya hidup yang tidak sehat, ataukah memeiliki keluarga dengan garis
keturunan kanker, terutama kanker nasofaring atau NasoPharyngeal Cancer
tersebut.
2.
Pemeriksaan
Neorologis
Pemeriksaan ini berisi serangkaian
pertanyaan dan test yang akan menguji tentang kondisi neurologis dari
seseorang. Pasien akan menjawab beberapa pertanyaan dan tes, lalu kemudian
dapat diambil kesimpulan tentang bagaimana kondisi neurologisnya, kondisi otak,
dan kondisi mental sang pasien.
Dalam test dan
pemeriksaan ini, pasien dites kemampuan dalam berjalan, tes fungsi otot, dan
fungsi koordinasi anggota tubuhnya, apakah terjadi kelainan atau tidak.
3.
MRI
( Magnetic Resonance Imaging )
MRI atau Magnetic Resonance Imaging
merupakan suatu teknik pemeriksaan yang dapat memunculkan gambaran dari bagian
dalam tubuh manusia. MRI menggunakan gelombang radio dan gelombang magnet untuk
mendeteksi gangguan – gangguan yang ada di bagian dalam tubuh manusia.
4.
CT
– Scan
CT Scan merupakan proses scanning atau
pemindaian untuk memperoleh gambaran mengenai bagian dalam tubuh pasien secara
lebih detail dibandingkan proses MRI. Pada CT scan, akan terlihat secara jelas
bagian tubuh mana yang ternyata mengalami masalah serius.
5.
PET
– Scan
PET Scan atau Positron Emission
Tomography merupakan salah satu metode scanning atau pemindaian yang dapat
mendeteksi adanya tumor atau sel kanker di dalam tubuh secara gamblang dan jelas.
Dengan melakukan metode ini dan metode CT – Scan, maka kemungkinan untuk
mendeteksi tumor akan lebih tinggi tingkat probabilitasnya.
6.
Mempelajari
Kandungan Darah
Kandungan sel darah yang terdapat pada
individu memeiliki kandungan normal yang sudah terstandar. Dengan melakukan tes
ini, maka apabila ditemukan kandungan darah yang tidak normal, akan segera
terdeteksi, apa penyebabnya, dan mengap kandungan darahnya tidak normal.
7.
Penghitungan
Jumlah Sel Darah
Jumlah sel darah yang terdapat di
dalam tubuh manusia akan dihitung dan dicek. Termasuk juga kandungan sel darah
putih, sel darah merah dan hemoglobin di dalam tubuh manusia untuk mendeteksi
ada atau tidaknya gangguan.
8.
EBV
Test ( Epstein – Barr Virus Test )
EBV Test atau Epstein – Barr Virus
Test dilakukan untuk mendeteksi adanya virus Epstein – Barr yang terdapat di
dalam tubuh pasien. Virus ini diyakini merupakan salah satu virus yang dapat
menyebabkan kanker pada manusia.
Deteksi Dini Kanker
Nasofaring Dengan Cepat, Mudah, dan Murah
Deteksi Dini Kanker Nasofaring
Dengan Cepat, Mudah, dan Murah
Dewi Kartika Paramita, S.Si., M.Si.,
Ph.D., penemu alat deteksi dini kanker nasofaring, baru-baru ini di Fakultas
Kedokteran UGM menyebutkan, selama ini deteksi NPC yang dikembangkan dilakukan
dengan uji coba di laboratorium ELISA. Pengembangan alat deteksi dengan metode
ELISA di Fakultas Kedokteran UGM dimulai oleh Jajah Fachiroh. Pengujian dengan
metode ini membutuhkan alat khusus untuk membaca hasil dengan waktu pengerjaan
4-5 jam dan juga biaya relatif mahal. Satu kali tes atau uji setidaknya menelan
biaya hingga Rp 250 ribu.
Belakangan ini, Dewi mengembangkan
alat deteksi dini NPC yang mudah, cepat, serta akurat. Bahkan dengan biaya yang
jauh lebih murah. Satu kit alat tes yang diberi nama IgG NPC Strip ini
dibanderol dengan harga maksimal Rp 50 ribu. Alat akan dilempar ke
pasaran dalam waktu dekat setelah proses registrasi ke Kementrian Kesehatan RI.
Penelitian mengenai NPC di fakultas Kedokteran awalnya dimotori oleh Prof.
Sofia Mubarika. Alat ini diharapkan mampu mendeteksi kanker nasofaring pada
stadium awal. Dengan begitu angka kesembuhan kanker nasofaring dapat
ditingkatkan.
Satu kit IgG NPC Strip berisi 1 strip yang
dibungkus aluminium foil dengan rapat, 1 tube berisi 100 µL larutan buffer
untuk mengencerkan darah, 1 lancet, dan 1 stik plastik untuk memasukkan darah
ke dalam larutan buffer. Penggunaan alat deteksi NPC cukup mudah layaknya alat
tes kehamilan. Namun dalam tes ini menggunakan satu tetes darah pasien untuk
diuji serumnya. Darah kemudian diencerkan dengan larutan buffer yang telah
tersedia pada kit. Selanjutnya NPC strip dicelupkan pada larutan.
“Dalam waktu 3-5 menit hasilnya
sudah bisa dilihat. Dinyatakan positif jika terbentuk 2 garis berwarna merah
muda dan negatif jika hanya terbentuk 1 garis warna merah muda,” ujar wanita
kelahiran Yogyakarta, 3 Maret 1971 ini.
Apabila telah dilakukan tes pada
pasien dengan gejala NPC namun menunjukkan hasil negatif, dikatakan Dewi
tindakan pengobatan akan dilakukan berkelanjutan dengan melakukan tes kembali 6
bulan kemudian. Dengan cara tersebut diharapkan dapat menekan angka kejadian
NPC dan penderita dapat tertangani dengan baik.
Selain murah, alat tes memiliki
sensitivitas dan spesifitas yang cukup baik untuk deteksi awal NPC, yaitu
sensitivitas sebesar 87 persen dan spesifitas 100 persen.
“Dengan alat ini orang yang sehat
semuanya (100%) tidak akan terdeteksi positif. Sedangkan yang positif NPC akan
terdeteksi hingga 87 persen,”terangnya.
D. Skrining tes pada kanker kulit
Ketika melakukan pengujian
diri kanker kulit, Anda terutama harus mencari penampilan tahi lalat. Ketika
mengevaluasi apakah atau tidak tahi lalat merupakan penyebab keprihatinan, para
ahli merekomendasikan menggunakan aturan ABCDE :
A adalah
untuk asimetri . Carilah
tahi lalat yang tidak simetris (tidak terlihat sama pada kedua sisi).
B adalah untuk batas .
Juga mengawasi setiap tahi lalat yang memiliki garis kabur atau bergerigi.
C adalah untuk warna .
Anda harus memperhatikan jika perubahan warna tahi lalat Anda (misalnya
gelap, menyebar atau kehilangan warna, beberapa warna).
D adalah untuk diameter .
Diameter tahi lalat lebih besar dari 1/4 inci harus perlu mendapat perhatian
seorang profesional medis.
E adalah untuk elevasi .
Menonjol atau tahi lalat yang tidak rata bisa menjadi tanda kanker kulit.
|
Bagi mereka dengan risiko lebih besar
terkena kanker kulit, seperti mereka yang dengan riwayat kondisi keluarga,
bagaimanapun, ujian harus dilakukan lebih sering.
Mendapatkan
Diagnosis Kanker Kulit: Biopsi Kulit
Sementara pemeriksaan mandiri
seringkali merupakan alat yang efektif untuk mendeteksi tanda-tanda awal kanker
kulit, dalam rangka membuat diagnosis yang akurat dokter Anda perlu untuk
melakukan biopsi, di mana sampel kecil dari kulit diambil untuk analisis oleh
ahli patologi. Sebelum menerima biopsi, Anda mungkin akan diberi anestesi lokal
untuk mematirasakan area yang diperiksa.
Ada beberapa jenis biopsi saat ini
digunakan untuk mendiagnosa kanker kulit. Tipe apa yang dokter Anda pilih
tergantung pada jenis kanker yang dicurigai dan sejauh mana kehadiran sel
mencurigakan.
Shave Biopsi. Jenis
biopsi mengupas kulit menggunakan alat yang mirip dengan pisau cukur. Secara
umum, Shave biopsi tidak akan membutuhkan jahitan.
Punch Biopsi Punch
biopsi membutuhkan dokter untuk menggunakan. alat melingkar untuk mengambil
bagian kecil dari lapisan kulit yang lebih dalam. Jahitan biasanya diperlukan,
karena luka umumnya memanjang sekitar 1/4 inci kedalam.
Excisional
biopsi prosedur
sedikit lebih invasif. Ini melibatkan pengangkatan seluruh pertumbuhan terlihat
atau jaringan kulit tidak normal. Untuk pasien dengan kanker kulit nonmelanoma,
seperti karsinoma sel skuamosa atau karsinoma sel basal, ini mungkin
satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan.
Insisional
biopsi Biopsi
insisional. melibatkan pengambilan hanya sampel sel-sel yang mencurigakan
dengan menggunakan pisau bedah. Jahitan mungkin diperlukan, tergantung pada
jumlah kulit diambil. Ini adalah jenis biopsi yang paling umum dilakukan.
Biopsi adalah alat yang efektif untuk
mengevaluasi baik kehadiran sel-sel kanker serta luasnya (atau kelas) dari
kanker, yang biasanya dinyatakan pada skala 1 (kurang agresif) sampai 4 (paling
agresif). Umumnya, hasil perlu satu atau dua hari untuk menetapkan; Namun,
dokter Anda akan memberitahu Anda berapa lama harus menunggu.
E.
Skrining
tes pada kanker prostat
Kanker
prostat yang keganasannya berkembang di prostat (kelenjar seks pria) memiliki
gejala yang serupa dengan Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH) yaitu penyakit pembesaran
prostat jinak yang sering dijumpai pada pria lanjut usia. Karena gejalanya
sulit dibedakan, perlu pemeriksaan untuk deteksi dini sekaligus membedakan
antara kanker prostat dan BPH.
American
Cancer Society menganjurkan kepada pria yang berusia
50 tahun atau lebih untuk melakukan skrining kanker prostat. Bila ada riwayat
keluarga yang menderita kanker prostat, skrining dianjurkan sejak usia 40
tahun. Tes yang paling umum untuk mendeteksi kanker prostat adalah:
1. Colok dubur (Digital
Rectal Examination atau DRE)
Pemeriksaan ini dilakukan
oleh dokter yang terlatih dengan cara meraba prostat dengan jari telunjuk yang
diberi pelumas melalui dubur. Bila saat perabaan ditemukan adanya benjolan yang
bentuknya tidak beraturan atau kekerasan yang dirasakan pada permukaan
kelenjar, bisa dicurigai adanya kanker prostat.
2. Pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA)
Pemeriksaan PSA adalah
pemeriksaan darah yang dilakukan dengan cara mengukur kadar PSA total. Untuk
membedakan apakah peningkatan kadar PSA total disebabkan oleh kanker prostat
atau bukan, dianjurkan pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total, terutama bagi mereka
yang kadar PSA totalnya antara 2.6-10 ng/ml.
3. Pemeriksaan Trans Rectal Ultrasound (TRUS)
Pemeriksaan DRE dan TSA
merupakan uji lini pertama untuk menilai risiko kanker prostat pada seseorang.
Bila hasil skrining lini pertama tersebut menunjukkan hasil abnormal maka
dokter akan merekomendasikan pemeriksaan TRUS (Trans Rectal Ultrasound atau USG Trans Rectal) yang dilakukan dengan mengambil
sampel biopsi prostat, yaitu berupa jaringan prostat yang kemudian akan
diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat ada tidaknya sel kanker.
Skrining kanker prostat
sebagai deteksi dini kanker prostat sebaiknya dilakukan berkala setiap satu
tahun sekali. Bagi mereka yang didiagnosis kanker prostat tetapi kanker
berukuran sangat kecil dan terlokalisasi di kelenjar prostat serta tidak
menunjukkan gejala, pilihan terapinya adalah watchful
waiting, atau tidak
diberikan terapi medis apapun tetapi memantau perkembangan kanker karena
diharapkan kanker berkembang sangat lambat.
F.
Skrining tes pada kolorektal
. Lebih dari 85% kanker kolorektal timbul pada orang
berusia 50 tahun ke atas. Mereka dengan riwayat pribadi seperti kanker
payudara, kanker rahim atau kanker indung telur serta riwayat keluarga yang
mengidap polip atau kanker kolorektal menghadapi risiko lebih tinggi dengan
kemungkinan mengembangkan kanker kolorektal pada usia lebih dini. skrining harus dimulai pada usia 40-45.
Empat tes digunakan untuk skrining kanker
kolorektal :
Sebuah
tes darah okultisme (FOBT) adalah tes untuk memeriksa tinja (limbah padat)
untuk darah yang hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Sampel kecil dari tinja ditempatkan pada kartu khusus dan kembali ke
dokter atau laboratorium untuk pengujian. Darah di tinja dapat menjadi tanda polip
atau kanker.
2.
Tinja
Okultisme Tes Darah (FOBT) kit untuk memeriksa darah dalam tinja .
Sebuah tes skrining
kanker kolorektal baru yang disebut immunochemical FOBT (iFOBT) sedang
dipelajari untuk melihat apakah itu lebih baik dalam menemukan polip lanjut
atau kanker daripada FOBT tersebut.
3. sigmoidoskopi
Sigmoidoskopi
adalah prosedur untuk melihat ke dalam rektum dan sigmoid (lebih rendah) usus untuk polip, daerah abnormal, atau
kanker. Sebuah sigmoidoscope dimasukkan melalui dubur ke kolon sigmoid. Sebuah
sigmoidoscope adalah tipis, instrumen seperti tabung dengan cahaya dan lensa untuk
melihat. Hal ini juga mungkin memiliki alat untuk menghilangkan polip atau
sampel jaringan, yang diperiksa di bawah mikroskop untuk tanda-tanda kanker.
Sigmoidoskopi. A tipis, tabung cahaya dimasukkan melalui anus dan rektum dan ke bagian bawah usus besar untuk mencari daerah abnormal.
4.
barium enema
Sebuah
enema barium adalah serangkaian x-ray dari saluran pencernaan yang lebih
rendah. Suatu cairan yang mengandung barium (senyawa logam perak-putih) yang
dimasukkan ke dalam rektum. Mantel barium saluran pencernaan yang lebih rendah
dan x-ray diambil. Prosedur ini juga disebut seri GI rendah.
Prosedur enema barium. Pasien terletak di atas meja x-ray. Barium cair dimasukkan ke dalam rektum dan mengalir melalui usus besar. Sinar-X yang diambil untuk mencari daerah yang abnormal.
5.
kolonoskopi
Kolonoskopi adalah prosedur untuk melihat ke dalam
rektum dan usus besar untuk polip, daerah abnormal, atau kanker. Sebuah
kolonoskop dimasukkan melalui dubur ke usus besar. Sebuah kolonoskop adalah
tipis, instrumen seperti tabung dengan cahaya dan lensa untuk melihat. Hal ini
juga mungkin memiliki alat untuk menghilangkan polip atau sampel jaringan, yang
diperiksa di bawah mikroskop untuk tanda-tanda kanker.
Kolonoskopi. A tipis, tabung cahaya dimasukkan melalui anus dan rektum dan ke dalam usus besar untuk mencari daerah abnormal.
Kolonoskopi. A tipis, tabung cahaya dimasukkan melalui anus dan rektum dan ke dalam usus besar untuk mencari daerah abnormal.
Penelitian tidak menunjukkan bahwa
skrining untuk kanker kolorektal menggunakan digital dubur membantu mengurangi jumlah kematian
akibat penyakit tersebut.
Pemeriksaan colok dubur (DRE) dapat
dilakukan sebagai bagian dari rutinitas pemeriksaan
fisik . Pemeriksaan colok dubur merupakan
ujian rektum. Seorang dokter atau perawat menyisipkan dilumasi, sarung jari ke
dalam bagian bawah rektum untuk merasakan benjolan atau hal lain yang tampaknya
tidak biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti untuk mendukung
DRE sebagai metode skrining untuk kanker kolorektal.
Tes skrining baru sedang diteliti
dalam uji klinis.
Interval skrining
·
Diulang setiap tahun, jika hasil normal. Jika teruji
positif untuk darah dalam tinja, maka kolonoskopi dianjurkan.
·
Diulang setiap 5 sampai 10 tahun, jika hasil normal
·
Diulang setiap 5 tahun, jika hasil normal
Interval skrining Kolonoskopi
·
Skrining Kolonoskopi harus mulai pada kira-kira usia
40, atau 10 tahun lebih muda dari usia termuda anggota keluarga yang terkena
penyakit ini pada waktu diagnosa, yang mana yang lebih awal.
·
Jika polip ditemukan dan dihilangkan, kolonoskopi
harus diulang setiap 1 sampai 3 tahun. Jika hasil kolonoskopi normal, maka
harus diulang setiap 3 sampai 5 tahun.
·
Skrining kolonoskopi, dimulai pada usia 40, harus
diulang setiap 3 sampai 5 tahun.
G.
Skrining kanker
mulut
Kanker mulut adalah kanker yang tumbuh dan
berkembang di dalam mulut. Misalnya pada bibir, lidah, gusi, dinding mulut,
serta langit-langit mulut. Kanker ini dapat menyebar secara langsung ke
jaringan-jaringan di sekitar mulut atau melalui kelenjar getah bening. Kanker
mulut termasuk jenis kanker yang jarang terjadi, yaitu hanya sekitar 2 persen
dari seluruh kasus kanker yang ada.
Jenis Kanker Mulut
Kanker mulut yang paling umum terjadi adalah karsinoma sel
skuamosa. Diperkirakan sekitar 90 persen pengidap kanker mulut menderita jenis
ini.
Jenis kanker mulut
lainnya adalah melanoma oral ganas dan adenokarsinoma. Melanoma oral ganas
adalah kanker yang berkembang dari sel melanosit dalam mulut. Sedangkan
adenokarsinoma adalah kanker yang menyerang kelenjar air liur.
Gejala Kanker Mulut
Seperti kanker pada umumnya, kanker mulut jarang menimbulkan
gejala pada stadium awal sehingga sulit terdeteksi. Namun, waspadalah jika Anda
mengalami tanda-tanda seperti:
a. Sariawan yang
tidak kunjung sembuh dalam beberapa minggu.
b. Sariawan
yang mengalami pendarahan.
c. Bercak
merah atau putih dalam mulut.
d. Benjolan
atau penebalan pada dinding dalam mulut yang tidak kunjung hilang.
e. Pembengkakan
pada kelenjar getah bening yang leher yang tidak sembuh-sembuh.
f. Rasa
sakit dalam mulut, terutama lidah.
g. Sulit
atau rasa sakit saat menelan serta mengunyah.
h. Gigi
yang goyang tanpa penyebab yang jelas.
i. Perubahan
suara atau cara bicara (misalnya menjadi cadel).
j. Mengalami
kesulitan saat bicara.
k. Pembengkakan
kelenjar getah bening pada leher.
l. Rahang
yang terasa kaku atau sakit.
m. Sakit
tenggorokan.
Pemeriksaan secara pribadi
1.
Pemeriksaan bagian kepala
Perhatikan kesimetrisan antara kepala
dan leher, perhatikan perubahan pada warna kulit.
2.
Pemeriksaan
bagian leher
Dengan meraba bagian leher, raba mulai
dari telinga sampai tulang selangka, perhatikan apakah ada bagian yang nyeri
atau terdapat benjolan. Jika anda menemukan benjolan, lakukanlah pemeriksaan CT
scan, untuk mengetahui dengan jelas ukuran dan ganas tidaknya benjolan
tersebut.
3. Pemeriksaan bagian bibir
Pertama-tama perhatikanlah bagian luar
bibir anda, kemudian tarik ke bawah dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memeriksa bagian dalam bibir bawah, periksalah apakah terdapat benjolan. Selain
itu, dengan cara yang sama, periksalah bibir bagian dalam.
4.
Pemeriksaan
bagian gusi
Buka
mulut anda untuk melakukan pemeriksaan pada bagian gusi, dan sentuhlah pipi
anda, rasakan apakah ada perubahan.
5.
Pemeriksaan
pada bagian lidah
Julurkan lidah anda, gunakan kasa
untuk memegang lidah anda, perhatikan dan raba lidah anda, tarik lidah anda ke
semua sisi, amati kedua sisi lidah.
6.
Perhatikan
bagian langit-langit
Untuk memeriksa bagian ini, anda
membutuhkan sikat gigi untuk menekan lidah ke bawah, miringkan kepala sedikit
ke belakang, amati warna dan tekstur langit-langit lunak dan keras
Sumber
;
//www.ugm.ac.id