efek

Sumber : http://thekampoengblogger.blogspot.com/2013/03/30-efek-blog-paling-dicari-oleh-blogger.html#ixzz34AOpeSaE

Tuesday, June 13, 2017

RUCHMANSYAFRI CARA MENDETEKSI DINI BEBERAPA KANKER 2017

Kanker adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh tidak normal dan tidak terkendali sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat. Sel kanker dapat menghancurkan sel lainnya yang sehat, dan menimbulkan komplikasi yang dapat menyebabkan kematian. Sel ini dapat berkembang dan menyebar dengan sangat perlahan, bertahun-tahun, atau cepat, sahingga kesehatan pasien menurun dan hidupnya hanya tinggal hitungan hari atau bulan. Namun, pemeriksaan kanker awal dan rutin dapat menyelamatkan hidup Anda, jika penyakitnya diketahui lebih awal.
Adapun cara agar kanker bisa ditangani lebih mudah yaitu mengetahui kanker pada saat masih stadium dini, caranya ialah dengan melakukan skrining tes. Skrining tes adalah penggunaan tes atau metode diagnosis lain untuk mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit atau kondisi tertentu sebelum menyebabkan gejala apapun. Pemeriksaan kanker adalah tes yang dilakukan untuk memastikan dan mendiagnosa kanker, terutama pada tahap awal. Ini juga merupakan upaya pencegahan bagi orang yang berisiko tinggi terkena kanker.
Ada beberapa tes pemeriksaan kanker yang paling sering dialami oleh manusia seperti kanker colorektal, mulut, payudara, kulit, ca cerviks  dan prostat. Di sisi lain, tidak semua uji pemeriksaan kanker diharuskan, namun pria maupun wanita dapat menggunakan panduan yang dikeluarkan oleh penyedia layanan kesehatan atau American Cancer Society, untuk memutuskan tes apa yang perlu dilakukan.
Adapun orang- orang yang harus melakukan skrining tes yaitu ;
1.      Pasien yang menunjukkan gejala-gejala – Gejalanya beragam tergantung jenis kankernya, namun biasanya kondisi yang tetap memburuk meskipun telah mengonsumsi obat-obatan, dapat melakukan uji pemeriksaan kanker.
2.      Pasien dengan risiko tinggi – Adalah seseorang yang memiliki kanker sebelumnya, atau memiliki anggota keluar dekat atau kerabat yang didiagnosa kanker, atau telah diuji dan membawa faktor genetik tertentu yang memiliki risiko kanker seperti yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara hingga 80%.
3.      Seseorang yang berusia, paling tidak 40 tahun – Populasi umum yang disarankan melakukan uji pemeriksaan kanker saat mencapai usia 40 tahun, sebagai upaya pencegahan. Jenis tes yang dilakukan berdasarkan gaya hidup dan faktor risiko yang dimiliki pasien.

A.     Cara sadari atau skrining tes pada kanker payudara, ada 7 cara sadari pada kanker payudara yaitu :
1.    Sadari pada payudara sebaiknya dilakukan pada hari ketujuh sampai hari kesepuluh menstruasi  saat jaringan payudara tidak terlalu sensitif. Pada saat melakukan proses sadari pada payudara ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu ;
a.    Mengamati perbahan pada payudara
b.    Mencermati ukuran payudara
c.    Mengamati permukaan payudara
d.    Dan mengamati puting pada payudara
2.    Berdiri tegak di depan cermin, jangan panik jika bentuk kedua payudara tidak simetris. Pada saat melakukan proses sadari ada beberapa bagian yang harus diraba yaitu ;



a.    Batas atas : dua jari diatas klavikula
b.    Batas bawah : garis melingkar payudara
c.    Batas tengah : midline pada tubuh
3.    Letakkan kedua tangan dibelakang kepala, elbow flexio dan elbow extensio, kemudian amati payudara

4.    Letakkan kedua tangan dipinggang, bungkukkan badan sehingga kedua payudara menggantung, rasakan jika ada yang mengandung di dalam payudara, setelah selesai kemudian kembali ke posisi semula (normal).

5.    Letakkan tangan kiri diatas punggung, gunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis lalu cermati payudara sampai ketiak.




Lakukan gerakan memijat keatas dan kebawah







mengelilingi payudara dengan membentuk lingkaran kecil



lakukan gerakan lurus dari arah tepi payudara ke arah  
 puting payudara dan sebaliknya.
Jangan lupa mengganti posisi tangan dan ulangi, lakukan juga pada payudara  kanan



6.    Pencet puting satu persatu dengan menggunakan jari telunjuk anda dan ibu jari anda. Jika ada cairan keluar segeralah berkonsultasi ke dokter.
7.    Berbaring dan gunakan bantal di bagian pundak kemudian angkat lengan kanan keatas kepala, cermati payudara kanan menggunakan ujjung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis tangan kiri. Tekan dan rasakan seluruh bagian payudara sampai di sekitaran ketiak. Cermati payudara menggunakan 3 pola gerarkan sebelumnya.  Ulangi langkah ini pada area payudara kiri.
Ada beberapa yang harus dicermati setelah melakukan proses sadari yaitu ;
1.    Benjolan pada payudara
2.    Kulit kemerahan
3.    Menebal
4.    Berkerut
5.    Berlesung pipit
6.    Puting tertarik ke dalam
7.    Cairan keluar dari puting





B.     Skrining tes pada SERVIKS
Skrining sendiri dapat dilakukan dengan metode pemeriksaan Papsmear atau juga IVA (Visual Inspection with Acetic Acid) test. Berikut ini penjelasannya :
1.     Papsmear
Papsmear adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan pada sel permukaan pada leher rahim untuk mendeteksi adanya kanker leher rahim. Tes ini dilakukan pada wanita yang telah melakukan hubungan seks dan dengan memenuhi syarat :
a.   Telah selesai haid paling tidak 3 hari
b.   Tidak berada dalam kegiatan seksual paling tidak 3 hari
c.   Tidak menggunakan obat obatan yang berhubungan dengan intravagina.
Tes ini digunakan untuk mendeteksi apakah terdapat perubahan perubahan pada sel leher rahim yang dalam kondisi abnormal. Tahap pemeriksaannya dilakukan dengan cara mengambil cairan yang ada di leher rahim dengan menggunakan spatula yang kemudian sample tes ini diperiksa dengan menggunakan mikroskop.

2.      IVA Test

IVA test memiliki pengertian inspeksi visual dengan asam asetat adalah suatu metode cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui dan mendeteksi mengenai adanya tanda tanda terdapat kanker serviks. Caranya adalah dengan menyemprotkan cairan asam asetat dalam konsentrasi 3% sampai 5% di daerah mulut rahim. Kemudian dari semprotan ini, dilihat apakah terdapat suatu perubahan warna menjadi warna putih ke daerah yang disemprotkan tadi.
Bagi wanita yang secara aktif telah sering melakukan hubungan seksual akan sangat disarankan untuk melakukan metode skrining dengan menggunakan cara papsmear maupun dengan IVA test.

C. NASOFARING

Gejala

1.  Radang dan Sakit Tenggorokan
2.  Kesulitan dalam bernapas atau berbicara
3.  Mimisan
4.  Gangguan Pendengaran
5.  Rasa sakit dan mendengung di dalam telinga
6.  Sakit Kepala dan Pusing
7.  Terdapat benjolan pada bagian leher, biasanya di belakang telinga
8.  Dahak yang bercampur dengan darah
Jika kita merasakan gejala- gejala tersebut belum tentu kita mengalami kanker nasofaring, ada beberapa test dan observasi secara medis yang dapat benar – benar memastikan keberadaan kanker nasofaring atau NasoPharyngeal Cancer yaitu ;
1.      Pemeriksaan secara fisik
            Pemeriksaan ini mencakup medical check up biasa yang dapat dilakukan dengan mudah di rumah sakit. Hal ini untuk memastikan keadaan tubuh anda, apakah mengalami suatu gangguan atau symptom yang berbahaya atau tidak.
Selain itu dalam pemeriksaan ini juga akan dilihat kondisi gaya hidup dan garis keturunan dari pasien. Apakah memiliki gaya hidup yang tidak sehat, ataukah memeiliki keluarga dengan garis keturunan kanker, terutama kanker nasofaring atau NasoPharyngeal Cancer tersebut.
2.      Pemeriksaan Neorologis
Pemeriksaan ini berisi serangkaian pertanyaan dan test yang akan menguji tentang kondisi neurologis dari seseorang. Pasien akan menjawab beberapa pertanyaan dan tes, lalu kemudian dapat diambil kesimpulan tentang bagaimana kondisi neurologisnya, kondisi otak, dan kondisi mental sang pasien.
Dalam test dan pemeriksaan ini, pasien dites kemampuan dalam berjalan, tes fungsi otot, dan fungsi koordinasi anggota tubuhnya, apakah terjadi kelainan atau tidak. 
3.      MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
MRI atau Magnetic Resonance Imaging merupakan suatu teknik pemeriksaan yang dapat memunculkan gambaran dari bagian dalam tubuh manusia. MRI menggunakan gelombang radio dan gelombang magnet untuk mendeteksi gangguan – gangguan yang ada di bagian dalam tubuh manusia.
4.      CT – Scan
CT Scan merupakan proses scanning atau pemindaian untuk memperoleh gambaran mengenai bagian dalam tubuh pasien secara lebih detail dibandingkan proses MRI. Pada CT scan, akan terlihat secara jelas bagian tubuh mana yang ternyata mengalami masalah serius.
5.      PET – Scan
PET Scan atau Positron Emission Tomography merupakan salah satu metode scanning atau pemindaian yang dapat mendeteksi adanya tumor atau sel kanker di dalam tubuh secara gamblang dan jelas. Dengan melakukan metode ini dan metode CT – Scan, maka kemungkinan untuk mendeteksi tumor akan lebih tinggi tingkat probabilitasnya.
6.      Mempelajari Kandungan Darah
Kandungan sel darah yang terdapat pada individu memeiliki kandungan normal yang sudah terstandar. Dengan melakukan tes ini, maka apabila ditemukan kandungan darah yang tidak normal, akan segera terdeteksi, apa penyebabnya, dan mengap kandungan darahnya tidak normal.
7.      Penghitungan Jumlah Sel Darah
Jumlah sel darah yang terdapat di dalam tubuh manusia akan dihitung dan dicek. Termasuk juga kandungan sel darah putih, sel darah merah dan hemoglobin di dalam tubuh manusia untuk mendeteksi ada atau tidaknya gangguan.
8.      EBV Test ( Epstein – Barr Virus Test )
EBV Test atau Epstein – Barr Virus Test dilakukan untuk mendeteksi adanya virus Epstein – Barr yang terdapat di dalam tubuh pasien. Virus ini diyakini merupakan salah satu virus yang dapat menyebabkan kanker pada manusia.

Deteksi Dini Kanker Nasofaring Dengan Cepat, Mudah, dan Murah

Deteksi Dini Kanker Nasofaring Dengan Cepat, Mudah, dan Murah

Dewi Kartika Paramita, S.Si., M.Si., Ph.D., penemu alat deteksi dini kanker nasofaring, baru-baru ini di Fakultas Kedokteran UGM menyebutkan, selama ini deteksi NPC yang dikembangkan dilakukan dengan uji coba di laboratorium ELISA. Pengembangan alat deteksi dengan metode ELISA di Fakultas Kedokteran UGM dimulai oleh Jajah Fachiroh. Pengujian dengan metode ini membutuhkan alat khusus untuk membaca hasil dengan waktu pengerjaan 4-5 jam dan juga biaya relatif mahal. Satu kali tes atau uji setidaknya menelan biaya hingga Rp 250 ribu.
Belakangan ini, Dewi mengembangkan alat deteksi dini NPC yang mudah, cepat, serta akurat. Bahkan dengan biaya yang jauh lebih murah. Satu kit alat tes yang diberi nama IgG NPC Strip ini dibanderol dengan harga  maksimal Rp 50 ribu. Alat akan dilempar ke pasaran dalam waktu dekat setelah proses registrasi ke Kementrian Kesehatan RI. Penelitian mengenai NPC di fakultas Kedokteran awalnya dimotori oleh Prof. Sofia Mubarika. Alat ini diharapkan mampu mendeteksi kanker nasofaring pada stadium awal. Dengan begitu angka kesembuhan kanker nasofaring dapat ditingkatkan.
 Satu kit IgG NPC Strip berisi 1 strip yang dibungkus aluminium foil dengan rapat, 1 tube berisi 100 µL larutan buffer untuk mengencerkan darah, 1 lancet, dan 1 stik plastik untuk memasukkan darah ke dalam larutan buffer. Penggunaan alat deteksi NPC cukup mudah layaknya alat tes kehamilan. Namun dalam tes ini menggunakan satu tetes darah pasien untuk diuji serumnya. Darah kemudian diencerkan dengan larutan buffer yang telah tersedia pada kit. Selanjutnya NPC strip dicelupkan pada larutan.
 “Dalam waktu 3-5 menit hasilnya sudah bisa dilihat. Dinyatakan positif jika terbentuk 2 garis berwarna merah muda dan negatif jika hanya terbentuk 1 garis warna merah muda,” ujar wanita kelahiran Yogyakarta, 3 Maret 1971 ini.
Apabila telah dilakukan tes pada pasien dengan gejala NPC namun menunjukkan hasil negatif, dikatakan Dewi tindakan pengobatan akan dilakukan berkelanjutan dengan melakukan tes kembali 6 bulan kemudian. Dengan cara tersebut diharapkan dapat menekan angka kejadian NPC dan penderita dapat tertangani dengan baik.
Selain murah, alat tes memiliki sensitivitas dan spesifitas yang cukup baik untuk deteksi awal NPC, yaitu sensitivitas sebesar 87 persen dan spesifitas 100 persen.
“Dengan alat ini orang yang sehat semuanya (100%) tidak akan terdeteksi positif. Sedangkan yang positif NPC akan terdeteksi hingga 87 persen,”terangnya.

D.    Skrining tes pada kanker kulit
Ketika melakukan pengujian diri kanker kulit, Anda terutama harus mencari penampilan tahi lalat. Ketika mengevaluasi apakah atau tidak tahi lalat merupakan penyebab keprihatinan, para ahli merekomendasikan menggunakan aturan ABCDE :
A adalah untuk asimetri . Carilah tahi lalat yang tidak simetris (tidak terlihat sama pada kedua sisi).
B adalah untuk batas . Juga mengawasi setiap tahi lalat yang memiliki garis kabur atau bergerigi.
C adalah untuk warna . Anda harus memperhatikan jika perubahan warna tahi lalat Anda (misalnya gelap, menyebar atau kehilangan warna, beberapa warna).
D adalah untuk diameter . Diameter tahi lalat lebih besar dari 1/4 inci harus perlu mendapat perhatian seorang profesional medis.
E adalah untuk elevasi . Menonjol atau tahi lalat yang tidak rata bisa menjadi tanda kanker kulit.
Bagi mereka dengan risiko lebih besar terkena kanker kulit, seperti mereka yang dengan riwayat kondisi keluarga, bagaimanapun, ujian harus dilakukan lebih sering.

Mendapatkan Diagnosis Kanker Kulit: Biopsi Kulit

Sementara pemeriksaan mandiri seringkali merupakan alat yang efektif untuk mendeteksi tanda-tanda awal kanker kulit, dalam rangka membuat diagnosis yang akurat dokter Anda perlu untuk melakukan biopsi, di mana sampel kecil dari kulit diambil untuk analisis oleh ahli patologi. Sebelum menerima biopsi, Anda mungkin akan diberi anestesi lokal untuk mematirasakan area yang diperiksa.
Ada beberapa jenis biopsi saat ini digunakan untuk mendiagnosa kanker kulit. Tipe apa yang dokter Anda pilih tergantung pada jenis kanker yang dicurigai dan sejauh mana kehadiran sel mencurigakan.
Shave Biopsi. Jenis biopsi mengupas kulit menggunakan alat yang mirip dengan pisau cukur. Secara umum, Shave biopsi tidak akan membutuhkan jahitan.
Punch Biopsi Punch biopsi membutuhkan dokter untuk menggunakan. alat melingkar untuk mengambil bagian kecil dari lapisan kulit yang lebih dalam. Jahitan biasanya diperlukan, karena luka umumnya memanjang sekitar 1/4 inci kedalam.
Excisional biopsi prosedur sedikit lebih invasif. Ini melibatkan pengangkatan seluruh pertumbuhan terlihat atau jaringan kulit tidak normal. Untuk pasien dengan kanker kulit nonmelanoma, seperti karsinoma sel skuamosa atau karsinoma sel basal, ini mungkin satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan.
Insisional biopsi Biopsi insisional. melibatkan pengambilan hanya sampel sel-sel yang mencurigakan dengan menggunakan pisau bedah. Jahitan mungkin diperlukan, tergantung pada jumlah kulit diambil. Ini adalah jenis biopsi yang paling umum dilakukan.
Biopsi adalah alat yang efektif untuk mengevaluasi baik kehadiran sel-sel kanker serta luasnya (atau kelas) dari kanker, yang biasanya dinyatakan pada skala 1 (kurang agresif) sampai 4 (paling agresif). Umumnya, hasil perlu satu atau dua hari untuk menetapkan; Namun, dokter Anda akan memberitahu Anda berapa lama harus menunggu.



E.     Skrining tes pada kanker prostat 
Kanker prostat yang keganasannya berkembang di prostat (kelenjar seks pria) memiliki gejala yang serupa dengan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) yaitu penyakit pembesaran prostat jinak yang sering dijumpai pada pria lanjut usia. Karena gejalanya sulit dibedakan, perlu pemeriksaan untuk deteksi dini sekaligus membedakan antara kanker prostat dan BPH.
American Cancer Society menganjurkan kepada pria yang berusia 50 tahun atau lebih untuk melakukan skrining kanker prostat. Bila ada riwayat keluarga yang menderita kanker prostat, skrining dianjurkan sejak usia 40 tahun. Tes yang paling umum untuk mendeteksi kanker prostat adalah:
1.  Colok dubur (Digital Rectal Examination atau DRE)
Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter yang terlatih dengan cara meraba prostat dengan jari telunjuk yang diberi pelumas melalui dubur. Bila saat perabaan ditemukan adanya benjolan yang bentuknya tidak beraturan atau kekerasan yang dirasakan pada permukaan kelenjar, bisa dicurigai adanya kanker prostat.
2.  Pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA)
Pemeriksaan PSA adalah pemeriksaan darah yang dilakukan dengan cara mengukur kadar PSA total. Untuk membedakan apakah peningkatan kadar PSA total disebabkan oleh kanker prostat atau bukan, dianjurkan pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total, terutama bagi mereka yang kadar PSA totalnya antara 2.6-10 ng/ml.
3.  Pemeriksaan Trans Rectal Ultrasound (TRUS)
Pemeriksaan DRE dan TSA merupakan uji lini pertama untuk menilai risiko kanker prostat pada seseorang. Bila hasil skrining lini pertama tersebut menunjukkan hasil abnormal maka dokter akan merekomendasikan pemeriksaan TRUS (Trans Rectal Ultrasound atau USG Trans Rectal) yang dilakukan dengan mengambil sampel biopsi prostat, yaitu berupa jaringan prostat yang kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat ada tidaknya sel kanker.
Skrining kanker prostat sebagai deteksi dini kanker prostat sebaiknya dilakukan berkala setiap satu tahun sekali. Bagi mereka yang didiagnosis kanker prostat tetapi kanker berukuran sangat kecil dan terlokalisasi di kelenjar prostat serta tidak menunjukkan gejala, pilihan terapinya adalah watchful waiting, atau tidak diberikan terapi medis apapun tetapi memantau perkembangan kanker karena diharapkan kanker berkembang sangat lambat.

F.     Skrining tes pada kolorektal
. Lebih dari 85% kanker kolorektal timbul pada orang berusia 50 tahun ke atas. Mereka dengan riwayat pribadi seperti kanker payudara, kanker rahim atau kanker indung telur serta riwayat keluarga yang mengidap polip atau kanker kolorektal menghadapi risiko lebih tinggi dengan kemungkinan mengembangkan kanker kolorektal pada usia lebih dini. skrining harus dimulai pada usia 40-45.
Empat tes digunakan untuk skrining kanker kolorektal :
Sebuah tes darah okultisme (FOBT) adalah tes untuk memeriksa tinja (limbah padat) untuk darah yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Sampel kecil dari tinja ditempatkan pada kartu khusus dan kembali ke dokter atau laboratorium untuk pengujian. Darah di tinja dapat menjadi tanda polip atau kanker. 
2.    Tinja Okultisme Tes Darah (FOBT) kit untuk memeriksa darah dalam tinja .
Sebuah tes skrining kanker kolorektal baru yang disebut immunochemical FOBT (iFOBT) sedang dipelajari untuk melihat apakah itu lebih baik dalam menemukan polip lanjut atau kanker daripada FOBT tersebut.
3.  sigmoidoskopi
Sigmoidoskopi adalah prosedur untuk melihat ke dalam rektum dan sigmoid (lebih rendah) usus untuk polip, daerah abnormal, atau kanker. Sebuah sigmoidoscope dimasukkan melalui dubur ke kolon sigmoid. Sebuah sigmoidoscope adalah tipis, instrumen seperti tabung dengan cahaya dan lensa untuk melihat. Hal ini juga mungkin memiliki alat untuk menghilangkan polip atau sampel jaringan, yang diperiksa di bawah mikroskop untuk tanda-tanda kanker. 


Sigmoidoskopi.
 A tipis, tabung cahaya dimasukkan melalui anus dan rektum dan ke bagian bawah usus besar untuk mencari daerah abnormal.
4.    barium enema
Sebuah enema barium adalah serangkaian x-ray dari saluran pencernaan yang lebih rendah. Suatu cairan yang mengandung barium (senyawa logam perak-putih) yang dimasukkan ke dalam rektum. Mantel barium saluran pencernaan yang lebih rendah dan x-ray diambil. Prosedur ini juga disebut seri GI rendah. 


Prosedur enema barium.
 Pasien terletak di atas meja x-ray. Barium cair dimasukkan ke dalam rektum dan mengalir melalui usus besar. Sinar-X yang diambil untuk mencari daerah yang abnormal.

5.     kolonoskopi
Kolonoskopi adalah prosedur untuk melihat ke dalam rektum dan usus besar untuk polip, daerah abnormal, atau kanker. Sebuah kolonoskop dimasukkan melalui dubur ke usus besar. Sebuah kolonoskop adalah tipis, instrumen seperti tabung dengan cahaya dan lensa untuk melihat. Hal ini juga mungkin memiliki alat untuk menghilangkan polip atau sampel jaringan, yang diperiksa di bawah mikroskop untuk tanda-tanda kanker. 

Kolonoskopi.
 A tipis, tabung cahaya dimasukkan melalui anus dan rektum dan ke dalam usus besar untuk mencari daerah abnormal.
Penelitian tidak menunjukkan bahwa skrining untuk kanker kolorektal menggunakan digital dubur membantu mengurangi jumlah kematian akibat penyakit tersebut.
Pemeriksaan colok dubur (DRE) dapat dilakukan sebagai bagian dari rutinitas pemeriksaan fisik . Pemeriksaan colok dubur merupakan ujian rektum. Seorang dokter atau perawat menyisipkan dilumasi, sarung jari ke dalam bagian bawah rektum untuk merasakan benjolan atau hal lain yang tampaknya tidak biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti untuk mendukung DRE sebagai metode skrining untuk kanker kolorektal.
Tes skrining baru sedang diteliti dalam uji klinis.
Interval skrining
·       Diulang setiap tahun, jika hasil normal. Jika teruji positif untuk darah dalam tinja, maka kolonoskopi dianjurkan.
·       Diulang setiap 5 sampai 10 tahun, jika hasil normal
·       Diulang setiap 5 tahun, jika hasil normal
Interval skrining Kolonoskopi
·       Skrining Kolonoskopi harus mulai pada kira-kira usia 40, atau 10 tahun lebih muda dari usia termuda anggota keluarga yang terkena penyakit ini pada waktu diagnosa, yang mana yang lebih awal.
·       Jika polip ditemukan dan dihilangkan, kolonoskopi harus diulang setiap 1 sampai 3 tahun. Jika hasil kolonoskopi normal, maka harus diulang setiap 3 sampai 5 tahun.
·       Skrining kolonoskopi, dimulai pada usia 40, harus diulang setiap 3 sampai 5 tahun.

G.    Skrining kanker mulut

Kanker mulut adalah kanker yang tumbuh dan berkembang di dalam mulut. Misalnya pada bibir, lidah, gusi, dinding mulut, serta langit-langit mulut. Kanker ini dapat menyebar secara langsung ke jaringan-jaringan di sekitar mulut atau melalui kelenjar getah bening. Kanker mulut termasuk jenis kanker yang jarang terjadi, yaitu hanya sekitar 2 persen dari seluruh kasus kanker yang ada.

Jenis Kanker Mulut

Kanker mulut yang paling umum terjadi adalah karsinoma sel skuamosa. Diperkirakan sekitar 90 persen pengidap kanker mulut menderita jenis ini.
Jenis kanker mulut lainnya adalah melanoma oral ganas dan adenokarsinoma. Melanoma oral ganas adalah kanker yang berkembang dari sel melanosit dalam mulut. Sedangkan adenokarsinoma adalah kanker yang menyerang kelenjar air liur.

Gejala Kanker Mulut

Seperti kanker pada umumnya, kanker mulut jarang menimbulkan gejala pada stadium awal sehingga sulit terdeteksi. Namun, waspadalah jika Anda mengalami tanda-tanda seperti:
a.  Sariawan yang tidak kunjung sembuh dalam beberapa minggu.
b.  Sariawan yang mengalami pendarahan.
c.   Bercak merah atau putih dalam mulut.
d.  Benjolan atau penebalan pada dinding dalam mulut yang tidak kunjung hilang.
e.  Pembengkakan pada kelenjar getah bening yang leher yang tidak sembuh-sembuh.
f.    Rasa sakit dalam mulut, terutama lidah.
g.  Sulit atau rasa sakit saat menelan serta mengunyah.
h.   Gigi yang goyang tanpa penyebab yang jelas.
i.    Perubahan suara atau cara bicara (misalnya menjadi cadel).
j.    Mengalami kesulitan saat bicara.
k.   Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher.
l.    Rahang yang terasa kaku atau sakit.
m. Sakit tenggorokan.

Pemeriksaan secara pribadi
1. Pemeriksaan bagian kepala
Perhatikan kesimetrisan antara kepala dan leher, perhatikan perubahan pada warna kulit.
2.    Pemeriksaan bagian leher
Dengan meraba bagian leher, raba mulai dari telinga sampai tulang selangka, perhatikan apakah ada bagian yang nyeri atau terdapat benjolan. Jika anda menemukan benjolan, lakukanlah pemeriksaan CT scan, untuk mengetahui dengan jelas ukuran dan ganas tidaknya benjolan tersebut.
3. Pemeriksaan bagian bibir
Pertama-tama perhatikanlah bagian luar bibir anda, kemudian tarik ke bawah dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk memeriksa bagian dalam bibir bawah, periksalah apakah terdapat benjolan. Selain itu, dengan cara yang sama, periksalah bibir bagian dalam.
4.     Pemeriksaan bagian gusi
Buka mulut anda untuk melakukan pemeriksaan pada bagian gusi, dan sentuhlah pipi anda, rasakan apakah ada perubahan.
5.     Pemeriksaan pada bagian lidah
Julurkan lidah anda, gunakan kasa untuk memegang lidah anda, perhatikan dan raba lidah anda, tarik lidah anda ke semua sisi, amati kedua sisi lidah.
6.     Perhatikan bagian langit-langit
Untuk memeriksa bagian ini, anda membutuhkan sikat gigi untuk menekan lidah ke bawah, miringkan kepala sedikit ke belakang, amati warna dan tekstur langit-langit lunak dan keras


Sumber ;
//www.ugm.ac.id



0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Popular Posts